Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
Tsunami Aceh 2004 | Kisah Wanita Hamil Selamat dari Tsunami, tapi Ibu, Kakek dan Neneknya Meninggal
Seorang wanita desa pedalaman di Kemukiman Meuraksa Kecamatan Blang Mangat Pemkot Lhokseumawe, berhasil selamat dari hantaman gelombang tsunami
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Besok, 26 Desember 2020, tepat 16 tahun tragedi tsunami menerjang Aceh.
Sebagaimana diketahui, Aceh bahkan dunia berduka ketika 26 Desember 2004 silam, Aceh menjadi salah satu kawasan yang cukup berdampak akibat diterjang tsunami.
Banyak cerita dan pengalaman korban tsunami yang terabadikan dalam cetakan Koran Harian Serambi Indonesia yang terbit pada bulan Januari 2005.
Seperti salah satu kisah wanita hamil yang selamat dari terjangan ombak, terbit pada 3 Januari 2005.
Berikut ini kisahnya, Serambinews.com merangkum kembali untuk Anda.
Seorang wanita desa pedalaman di Kemukiman Meuraksa, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, selamat dari hantaman gelombang tsunami, meski pun tubuhnya penuh dengan luka.
Namun sayang, ibu, kakek, nenek dan makciknya meninggal.
Baca juga: Kado Istimewa Ultah ke-23 Delisa, Gadis Cilik yang Kehilangan Kaki saat Tsunami Aceh
Adalah Nazariah binti Ishak (23) warga Desa Jamboe Timur, mengaku amat sedih dengan cobaan yang dialaminya, apalagi sekarang dalam keadaan hamil anak kedua.
Bukan hanya sekeluarga hilang dalam musibah itu, tapi rumah tempat berteduh yang letaknya sekitar 500 meter dengan tepi pantai Meuraksa Juga telah diangkut gelombang entah kemana serta harta bendanya ludes.
Ketika ditemui di camp pengungsian di lapangan samping dolog Keude Punteuct Blang Mangat.
Nazariah mengisahkan tragedi yang dialaminya.
Kata dia, pada saat itu dia sedang melakukan kegiatan sehari-hari di rumahnya yang berkontruksi papan, tiba- tiba terjadi gempa.
Tidak lama setelah gempa tersebut. Nazariah rencana kembali melakukan aktivitasnya, ia lalu mendengar teriakan bahwa air laut telah naik ke darat.
Pertama ia tenang-tenang saja. tapi karena keadaan tidak menguntungkan dan karena sejumlah penduduk lari mengosongkan kampung, akhirnya Nazariah juga ikut lari.
Dia tidak peduli dengan harta benda yang ada di dalam rumah, kecuali membawa seorang anak kandungnya yang masih berusia tiga tahun.
Baca juga: Korban Banjir di Rumah Bantuan Tsunami di Pidie Bersihkan Lumpur