Nasib Pedagang di Bantaran Kreung Lamnyong, Warkop Miliknya Dirobohkan, Mahyar Jualan di Bawah Tenda
Mahyar memang memiliki seorang anak yang baru berusia delapan bulan. Dari hasil jualan kopi itu lah ia berharap bisa memenuh kebutuhan susu anaknya.
Surat itu memerintahkan agar seluruh bangunan dibongkar. Mahyar terhenyak. Dia kebingungan tak tahu harus berbuat apa.
Meski statusnya hanya sebagai pengelola dengan memanfaatkan tanah Negara, tetapi keputusan membongkar tempat usahanya benar-benar di luar dugaan.
Apalagi kondisi ekonomi saat itu juga sedang lesu-lesunya, akibat terdampak pandemi Covid-19.
Serambinews.com ketika itu sempat beberapa kali berkunjung ke warung kopi miliknya dan mendapati Mahyar dalam kebingungan.
Ia duduk sendiri, termenung, larut dalam pikirannya. Padahal biasanya ia selalu ceria dan aktif melayani setiap pelanggan yang datang.
“Bantu saya bang, bagaimana caranya agar jangan dibongkar dulu,” pintanya memelas ketika itu.
Mahyar mengaku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia tidak sanggup membongkar tempat usahanya itu karena tidak ada uang. Selain itu dia juga tidak tahu harus berjualan dimana.
“Sedang covid begini jualan saya nggak laku, dari mana saya dapat uang untuk bongkar dan sewa tempat lain,” keluhnya.
Baca juga: Viral, Kamera Google Maps Tangkap Foto Sosok Mengerikan di Balik Jendela Rumah, Apa Itu?
Baca juga: Dua Lagu Rafly yang Viral Saat Tsunami Aceh Tahun 2004, Ini Kisah di Baliknya
Baca juga: Kisah Fotografer Serambi Indonesia, Rekam Bencana Tsunami Aceh Hingga Nyaris Lupa Anak Istri
Akhirnya hal yang ditakutkan itu pun terjadi. Selasa, 8 Desember 2020, datang tim terpadu yang terdiri jajaran TNI, Polri, dan Satpol PP-WH bersama alat berat eskavator.
Bangunan warung kopi itu akhirnya rata dengan tanah. Mahyar dibantu beberapa teman yang juga pelanggan setianya hanya bisa mencari barang tersisa dibalik puing-puing yang berserakan.
“Apa boleh buat, sudah habis semuanya. Seharusnya pemerintah memberikan waktu yang agak longgar kepada kami, sebab kondisi ekonomi saat ini sedang sulit,” keluhnya ketika itu.
Jualan di bawah tenda
Lalu apa yang dilakukan Mahyar saat ini? Pria tersebut ternyata tetap nekat berjualan di bantaran Krueng Lamnyong. Tetapi bukan lagi di warung kopi, melainkan di bawah tenda plastik yang diikat seadanya.
Saat hujan turun, tempias hujan akan ikut membasahi pelanggan di bawahnya, dan saat angin kencang berhembus, angin akan langsung menerpa tubuh orang-orang di bawah tenda.
Begitu pun, setiap malam selalu saja ada pelanggan yang datang minum kopi sekedar untuk membantu meringankan beban Mahyar.
