Berita Luar Negeri
Mengerikan, Dalam Semalam 222 Orang Tewas Dibantai di Sebuah Desa di Ethiopia
Sekitar 222 orang tewas dibantai setelah serangan senjata oleh sekelompok orang di sebuah desa Ethiopia dalam satu malam.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
"Kota Bulen kewalahan. Jalan menuju kota masih penuh dengan orang-orang terlantar dan kawanan ternak mereka," kata seorang saksi mata kepada EHRC.
Baca juga: Satu Keluarga di Sigi Tewas Dibantai hingga Rumah Dibakar, Kelompok Ali Kalora Diburu Polisi
Baca juga: Tragis! Pria Ini Tewas Dibantai Ibu dan Kakak Mantan Pacar, Penyebabnya Gara-gara Hal Ini
Otoritas regional mengatakan pada Kamis (24/12/2020) bahwa, tentara telah membunuh 42 pria bersenjata yang diduga terlibat dalam pembantaian itu.
Namun pihak pertahanan negara itu belum mengumumkan rincian tentang identitas mereka.
"Pembantaian di wilayah Benishangul-Gumuz sangat tragis," kata Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed dalam sebuah posting Twitter pada hari Kamis.
Ia mengakui bahwa upaya pemerintah untuk menyelesaikan masalah kekerasan tidak membuahkan hasil.
Pada bulan Oktober, Ia mengatakan bahwa para pejuang yang dipersenjatai dan dilatih"di negara bagian Nil Biru, berada di balik kekerasan dan mendesak Khartoum untuk mengatasi masalah tersebut.
Abiy mengklaim bahwa serangan terbaru itu ditujukan untuk "membagi kekuatan signifikan" yang dikerahkan ke wilayah Tigray utara, pembangkang negara itu.
Belum diketahui keterkaitan antara kekerasan di Benishangul-Gumuz dan operasi militer di Tigray.
Ribuan orang telah tewas dalam konflik Tigray, menurut wadah pemikir International Crisis Group, dan lebih dari 50.000 orang telah melarikan diri melewati perbatasan ke Sudan.
Baca juga: Pembantaian Etnis Mengerikan Terjadi di Ethiopia, 54 Mayat Dikumpulkan di Halaman Sekolah
Baca juga: Terungkap, Indonesia Ternyata Pernah Dijadikan Tempat Pembantaian Pada Perang Dunia II, Ini Kisahnya
Negara terpadat kedua di Afrika telah bergulat dengan pecahnya kekerasan mematikan sejak Perdana Menteri Abiy Ahmed ditunjuk pada 2018 dan mempercepat reformasi politik.
Selama hampir tiga tahun hingga pengangkatannya, negara itu diperintah oleh koalisi empat gerakan berbasis etnis yang didominasi oleh sebuah partai dari Tigray.
Pemerintahan itu memerintah dengan cara yang semakin otokratis sampai Abiy mengambil alih kekuasaan.
Ia bergegas untuk melakukan reformasi politik dan ekonomi, termasuk pembebasan puluhan ribu tahanan politik.
Pada 2019, Abiy menggabungkan tiga partai lama yang berkuasa untuk membentuk Partai Kemakmuran, dan Front Pembebasan Rakyat Tigray menolak untuk bergabung.
Di Tigray, ribuan orang diyakini telah tewas dan 950.000 orang telah meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran antara pasukan regional dan pemerintah federal meletus pada 4 November.