Internasional

Polisi Ethiopia Tangkap Juru Kamera Reuters, Tanpa Tuduhan yang Jelas

Seorang juru kamera Reuters, Kumerra Gemechu ditangkap di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa pada Kamis (24/12/2020). Dia akan ditahan dua minggu

Editor: M Nur Pakar

SERAMBINEWS.COM, NAIROBI - Seorang juru kamera Reuters, Kumerra Gemechu ditangkap di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa pada Kamis (24/12/2020).

Dia akan ditahan dua minggu dan belum ada tuntutan, kata keluarganya.

Tidak ada alasan yang diberikan kepada keluarga atas penangkapan itu.

Polisi Ethiopia juga tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.

Kumerra (38) telah bekerja untuk Reuters sebagai juru kamera lepas selama satu dekade.

Pada sidang singkat pengadilan pada Jumat (25/12/2020), tidak ada pengacara yang hadir.

Tetapi, seorang hakim memerintahkan penahanan Kumerra selama 14 hari lagi untuk memberikan waktu kepada polisi untuk menyelidiki.

Baca juga: Tentara Ethiopia Bantai 40 Orang Setelah Pembantaian Warga Sipil Benishangul-Gumuz

Dalam sebuah pernyataan pada Senin (28/12/2020), kantor berita Reuters mengutuk keras penahanan Kumerra.

Penangkapan itu menyusul pemukulan seorang fotografer Reuters, Tiksa Negeri, oleh dua petugas polisi federal Ethiopia pada 16 Desember 2020.

"Kumerra adalah bagian dari tim Reuters yang melaporkan dari Ethiopia dengan cara yang adil, independen dan tidak memihak," kata Reuters.

Pekerjaan Kumerra menunjukkan profesionalisme dan ketidakberpihakannya.

"Kami tidak mengetahui dasar penahanannya," kata Pemimpin Redaksi Stephen J. Adler dalam pernyataan itu.

"Jurnalis harus diizinkan melaporkan berita untuk kepentingan publik tanpa takut dilecehkan atau disakiti, di manapun mereka berada," ujar Adler.

"Kami tidak akan beristirahat sampai Kumerra dibebaskan," kata Adler.

Sekitar 10 petugas polisi federal bersenjata tiba di rumah Kumerra di Addis Ababa pada Kamis (24/12/2020) malam.

Dia dibawa pergi dengan borgol di depan istri dan tiga anaknya, kata istrinya Hawi Desalegn.

Dia menambahkan putri tertuanya, yang berusia 10 tahun, memeluknya sambil berteriak saat dia dibawa pergi.

Polisi juga menyita telepon, komputer, flash drive, dan kertas Kumerra, menurut keluarga tersebut.

Penangkapan Kumerra menyusul tekanan pemerintah terhadap wartawan untuk beberapa outlet berita internasional yang telah meliput konflik di wilayah utara Tigray Ethiopia.

Di mana pasukan pemerintah telah memerangi bekas partai yang berkuasa, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

Kumerra meliput konflik Tigray, tetapi Reuters tidak dapat menentukan apakah penangkapannya terkait dengan pekerjaannya.

Pejabat pemerintah tidak menanggapi pertanyaan dari Reuters tentang apakah liputannya dipermasalahkan.

Otoritas media Ethiopia, Otoritas Penyiaran Ethiopia, menuduh Reuters dan outlet media internasional lainnya

Dalam pernyataan 23 November 2020 di halaman Facebook pemerintah, menuduh liputan palsu dan tidak seimbang tentang pertempuran di Tigray.

"Kami mendukung pelaporan kami tentang konflik di wilayah Tigray dan akan terus melaporkan Ethiopia dengan integritas, kemerdekaan, dan kebebasan dari bias," kata Reuters.

"Seperti yang kami lakukan di seluruh dunia," kata Reuters dalam pernyataan terpisah.

Baca juga: Mengerikan, Dalam Semalam 222 Orang Tewas Dibantai di Sebuah Desa di Ethiopia

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang bermarkas di New York mengatakan penahanan Kumerra adalah contoh terbaru.

Bagaimana kebebasan pers dengan cepat terkikis di bawah Perdana Menteri Abiy Ahmed setelah harapan reformasi yang berumur pendek.

Ketika CPJ melakukan sensus tahunan terhadap jurnalis yang dipenjara pada 1 Desember 2020, ada tujuh jurnalis yang ditahan di Ethiopia atas pekerjaan mereka, kata CPJ.

Lima dari penangkapan itu terjadi setelah pertempuran Tigray meletus pada 4 November, menurut CPJ.

Ribuan orang diyakini telah tewas dan sekitar 950.000 mengungsi dalam konflik selama sebulan itu.
Pemerintah mengatakan sekarang mengendalikan wilayah yang bergolak.

Tetapi mengontrol akses dengan ketat, dan beberapa daerah masih belum memiliki jangkauan telepon seluler.

Pemerintah Ethiopia, yang didominasi TPLF selama hampir tiga dekade, sering memenjarakan para kritikus, termasuk politisi dan jurnalis.

Baca juga: VIDEO - RIBUAN PENGUNGSI dari Ethiopia Memasuki Sudan, Akibat Perang Saudara di Negaranya

Ketika Abiy berkuasa pada 2018 setelah protes terhadap pemerintah, dia mempercepat reformasi demokrasi dan mengawasi pembebasan puluhan ribu tahanan politik.

Namun, kelompok hak asasi lokal dan internasional telah menyatakan keprihatinan tentang penangkapan ribuan orang lainnya menyusul pecahnya kekerasan mematikan di seluruh negeri.

Pemerintah mengatakan mereka yang ditangkap diduga mengobarkan pertumpahan darah.

"Salah satu peran dan tanggung jawab utama pemerintah adalah memastikan keamanan dan stabilitas dan supremasi hukum berlaku," kata Billene Seyoum, juru bicara perdana menteri.

Pada Agustus 2020, lebih dari 9.000 orang ditangkap menyusul bentrokan mematikan di ibu kota. dan sekitar wilayah Oromiya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved