Grup Kasidah Legendaris Nasida Ria, 45 Tahun Berkarya, Populer Berkat Lagu Perdamaian & Kota Santri
Empat dekade membawakan lagu-lagu kasidah, grup legendaris Nasida Ria asal Semarang, Jawa Tengah berupaya untuk tetap eksis di blantika musik Indonesi
HM Zain adalah seorang pemuka agama Islam di Semarang yang membentuk grup musik Nasida Ria pada 1975.
Dia mendorong murid-muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram no 58, Semarang.
Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata Nasida atau nyanyian serta Ria alias gembira.
"Harapannya agar kami bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan," kata Rien Djamain.
Rien Djamain mengatakan, pada mulanya, mereka datang untuk belajar mengaji.
Namun, HM Zain yang juga penyuka musik dan mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum, mencarikan guru musik agar para murid tidak bosan belajar.
"Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos umur 15 tahun.
Niat awal mengaji, karena bapak kreatif luar biasa. Dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria," kata pembetot bass gitar di Nasida Ria.
"Pak Zain mengajar tilawah di Gunungpati, saya muridnya. Banyak belajar tentang agama. Kalau ingin gabung Nasida Ria, mendaftar di Kauman. Alhamdulillah diterima," imbuh Afuwah, personel generasi kedua.

Tak disangka, anak-anak didik HM Zain mampu berkembang dalam bermusik.
Awalnya mereka hanya memainkan lagu berbahasa Arab dengan iringan rebana. Kemudian mendapat hibah alat musik keyboard dan gitar.
"Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria."
"Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar," kenang Rien, satu-satunya personel generasi pertama yang masih bertahan.
Grup Nasida Ria mendapat kesempatan masuk dapur rekaman setelah HM Zain menerima tawaran dari Ira Puspita Record untuk membuat album musik.
Akan tetapi, lagu-lagu yang dirilis di album kurang diminati karena mereka menyanyikan lagu gambus berbahasa Arab kental nuansa Timur Tengah.