Grup Kasidah Legendaris Nasida Ria, 45 Tahun Berkarya, Populer Berkat Lagu Perdamaian & Kota Santri
Empat dekade membawakan lagu-lagu kasidah, grup legendaris Nasida Ria asal Semarang, Jawa Tengah berupaya untuk tetap eksis di blantika musik Indonesi
Pada era 1980-1990-an, Nasida Ria sangat produktif.
Dalam setahun mereka mampu merilis dua album berisi 20 lagu.
Tercatat mereka sudah sudah menghasilkan sekitar 400 lagu dari 36 album.
Konsep musik yang diusung, yakni kasidah modern mendobrak kecenderungan musik kasidah yang kental nuansa Timur Tengah.
Nasida Ria memodifikasi dengan dengan alat musik modern, seperti gitar elektrik, biola, dan keyboard, menjadikan lagu-lagunya punya ciri khas dan disebut sebagai pelopor kasidah modern di Indonesia.
Choliq Zain menambahkan, lagu-lagu Nasida Ria mengangkat persoalan kebangsaan, isu lingkungan, sosial, hukum hingga keluarga.
Syair lagu yang diciptakan tak lekang waktu dan masih relevan hingga kini.
"Lagu-lagu bernuansa futuristik seperti lagu "Perdamaian" dan "Tahun 2000" yang diciptakan tahun 1980-an, sampai sekarang lagu itu masih up to date. Lagu-lagu Nasida Ria dalam satu album lagunya bagus semua."
"Ada tiga pencipta lagu yang paling dominan yakni Pak Ahmad Buchori Masruri, H. Fadholi Ambar, dan Suhaimi," imbuhnya.
Regenerasi Nasida Ria

Nasida Ria tak sekadar eksis.
Kelompok musik tersebut berupaya melakukan regenerasi dengan melahirkan Ezura, grup kasidah milenial dengan nuansa pop. Salah satu pendirinya adalah Nazla Zain, cucu HM Zain.
"Saya dan ayah membentuk grup untuk wadah regenerasi. Mulai dari nol kemudian terbentuk. Awalnya bernama Qasidah Tanpa Nama (QTN) kemudian muncul Ezura. Personel ini juga melewati proses penjaringan. Mereka belajar mengaji dan bermusik," jelas Nazla.
"Kalau di panggung diselingi dakwah. Ternyata banyak anak muda suka kasidah."
Choliq Zain menambahkan, Ezura sangat potensial berkembang menjadi grup kasidah milenial, terlebih lagi di era digital.
"Saya buat ini duplikasi dari bapak dulu. Kalau Nasida Ria kumpulan murid mengaji, kalau ini saya ambil anak-anak grup lomba rebana yang sering menang," imbuh Choliq.
Semangat Nasida Ria yang kini ditiru Ezura yang digawangi sembilan perempuan muda.
Mereka adalah Zahrotu Walidah (vokalis), Makhi (vokalis), Immah Nur Rosyidah (vokal pendukung), Nazla Zain (vokal pendukung), Hidayatul Faizah (biola), Elicia Melfy Naofizsa (seruling), Resty Fajaria (bass), Alifatul Khoriyah (keyboard) dan Siti Latifah (kendang), personel termuda yang masih duduk di bangku kelas 9.
"Saya belajar dari kelas 5. Awalnya lihat dulu dan tertarik, waktu itu pemain kendang kosong saya belajar dan pegang kendang sampai sekarang," ungkap Siti.
Strategi Nasida Ria dan Ezura ini mampu menjangkau pasar yang lebih luas. Bahkan, sejak tahun 2015 dibentuklah Sobat Nasida Ria sebagai wadah para penggemar muda.
Muhammad Fathul Amin, adalah penanggungjawab Sobat Nasida Ria.
"Sekarang banyak anak muda menyukai dan menjadi penikmat lagu-lagu Nasida Ria. Kami senang dengan konsep baru dan era digital karena tidak sulit cari kaset, tinggal buka Youtube bisa mendengarkan lagunya," tutupnya.
Baca juga: Untuk Pelaksanaan Qanun Jumat Tertib, Pemkab Pijay Diminta Tambah Personel WH Perempuan
Baca juga: Poligami Sesama Jenis di Thailand, 3 Pria Ini Menikah dalam Satu Ikatan
Baca juga: Militer China Makin Kuat, Ini Deretan Kekuatan Tempur baru Tahun 2021
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Kasidah Nasida Ria asal Semarang, 45 Tahun Berkarya dari Kaset hingga Youtube, Nyanyikan 400 Lagu",