Opini
Legenda di Balik Keindahan Pulau Dua
DALAM beberapa bulan terakhir di masa pandemi ini saya selalu memikirkan untuk liburan. Tetapi saya bingung untuk berlibur ke mana
ROSMAYANI, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Bakongan Timur, Aceh Selatan
DALAM beberapa bulan terakhir di masa pandemi ini saya selalu memikirkan untuk liburan. Tetapi saya bingung untuk berlibur ke mana, karena menurut saya di kampung sendiri tidak ada tempat yang indah atau menarik untuk dinikmati. Lalu, terlintas di pikiran saya bahwa ada tempat yang menurut masyarakat setempat dan wisatawa lainnya, indah. Pesona alamnya begitu sejuk dan nyaman untuk para wisatawan yang ingin bermalam di tempat itu, yakni Pulau Dua di Bakongan Timur, Aceh Selatan.
Objek wisata ini jauh dari perkampungan warga. Untuk mencapainya harus melintasi hamparan laut yang biru, karena lokasi objek wisata ini berada di tengah-tengah laut.
Saya memutuskan untuk berkunjung di tempat tersebut. Suasananya tenang dan nyaman. Ini tempat untuk memanjakan mata, berada di Kampung Ujong Pulo Rayeuk, Kecamatan Bakongan Timur.
Jarak ke destinasi wisata ini dari tempat saya tinggal membutuhkan waktu setengah jam perjalanan dengan kendaraan roda dua. Itu pun hanya sebatas ke kampung Ujong Pulo, tidak langsung ke Pulau Dua. Jika ingin menuju Pulau Dua, maka kita harus menyewa boat nelayan dengan tarif Rp 25.000 per orang. Tapi, tarifnya naik menjadi Rp 35.000 per orang pada hari Lebaran.
Untuk menyeberang dari dataran pantai Ujung Pulau Rayeuk ke lokasi Pulau Dua membutuhkan waktu 15 menit.
Pada saat para pengunjung diantar ke Pulau Dua naik boat atau speedboat, pengemudinya juga menunggu di Pulau Dua sampai pengunjung tersebut pulang.
Destinasi wisata Pulau Dua merupakan tempat yang memanjakan mata, karena pantainya begitu eksotis. Saat ini Pulau Dua menjadi salah satu tempat wisata yang sering dikunjungi warga Aceh Selatan atau para wisata lainnya pada saat hari libur.
Di Pulau Dua, kita bisa juga bermalam asalkan membawa tenda karena di pulau ini tidak tersedia tempat tinggal atau semacam ‘cottage’. Banyak pengunjung yang memanggang ikan di sini yang umumnya didapat dari hasil memancing sendiri.
Para remaja setempat malah sering berombongan untuk bermalam di pulau ini. Mereka membawa loudspeaker besar untuk mengdihidupkan musik.
Di Pulau Dua yang air lautnya jernih, terdapat banyak kerang yang unik dan bagus. Jadi, banyak pengunjung yang datang ke sini saat pulang membawa kerang untuk hiasan akuarium di rumah.
Pulau Dua juga dikelilingi pasir putih yang ditumbuhi pohon kelapa dan pohon cemara. Begitu indah, bukan? Berada di Pulau Dua serasa seperti kita berada di Pulau Bali.
Kurang lengkap rasanya kalau saya tak menceritakan sekilas tentang legenda Pulau Dua. Di balik pesona alam yang indah dan nyaman untuk dikunjungi, pulau ini punya satu legenda sekaligus menjadi kisah cerita rakyat di Aceh Selatan.
Dahulunya dua pulau itu menyatu seperti pulau umumnya. Namun, pada akhirnya terpisah menjadi dua seperti yang kita lihat sekarang ini. Peristiwa yang menyebabkan dua pulau itu terpisah karena adanya pertengkaran antara Tuan Tapa dan sepasang naga yang ingin merebut dan melarikan putri Tuan Tapa yang sedang tidur.
Niat jahat kedua naga tersebut diketahui oleh Tuan Tapa, sehingga terjadi perkelahian yang begitu hebat antara Tuan Tapa dengan sepasang naga. Setelah masing-masing unjuk kekuatan, pertarungan itu dimenangkan oleh Tuan Tapa. Kedua naga tersebut melarikan diri secepat kilat karena takut dipukul lagi.
Nah, saat lari dengan kecepatan kilat itulah kedua naga tersebut menubruk bagian tengah pulau, sehingga pulau tersebut terpisah menjadi dua bagian. Lantaran kejadian itulah sehingga dua pulau yang sudah renggang tersebut dinamakan Pulau Dua.
Satu di antara pulau tersebut konon tidak bisa dikunjungi. Masyarakat setempat percaya, siapa pun yang nekat mendatangai pulau tersebut maka tidak akan menemukan arah untuk pulang (kembali). Itu sebab, hingga kini dari dua pulau tersebut hanya satu yang dikunjungi para wisatawan.
Legenda ini semakin dipercaya karena di pulau terlarang tersebut terdapat sebuah kapak yang konon merupakan milik Tuan Tapa. Kedua naga tersebut terluka, antara lain, karena disabet Tuan Tapa menggunakan kapak tersebut.
Karena legenda ini secara turun-temurun dipercaya masyarakat setempat, sehingga para pengunjung Pulau Dua tidak dibolehkan untuk ria sekali karena takut terjadi yang tidak diinginkan.
Dengan kondisi pulau tanpa penghuni tetap, membuat para pengunjung sangat leluasa melakukan aktivitas apa pun di pulau ini. Bahkan serasa milik sendiri dan bebas menyelusuri pulau sepuasnya.
Meski fasilitas yang ada di pulau ini tidak selengkap di pulau-pulau lain, tak jadi alasan bagi para wisatawan untuk tak berkunjung ke Pulau Dua, karena pesona marinanya sangatlah memukau. Cocok untuk berenang ataupun menyelam. Sangat dianjurkan pergi ke pulau ini berombongan agar setiap orang merasa aman dan nyaman saat menikmati keindahan alam Pulau Dua.