Pojok Humam Hamid
Prabowo dan Transisi Yang Belum Selesai: Inversi Model Mahathir-Najib Atau Sebaliknya?
Prabowo tampak berada di antara dua kutub--di satu sisi ia ingin menegaskan dirinya sebagai pemimpin baru dengan visi besar tentang kedaulatan dan ..
Ringkasan Berita:Menyoroti tantangan Prabowo dalam membebaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jokowi dan membangun legitimasi sendiri.Menggambarkan mulusnya peralihan kekuasaan dari Jokowi ke Prabowo dan potensi bahaya dari stabilitas yang terlalu tenang.Mengkritisi sistem politik pasca-Reformasi yang dikendalikan oleh elite melalui jaringan loyalitas dan ketakutan bersama.Menekankan pentingnya keberanian moral dalam menentukan arah kepemimpinan Prabowo dan masa depan republik.
Oleh Ahmad Humam Hamid*)
TAK terasa kekuasaan Presiden Prabowo telah berjalan satu tahun, dan itu berarti praktis ia hanya punya waktu tiga tahun lagi untuk benar-benar membangun sebelum ritme politik berikutnya dimulai.
Menyebut angka tiga tahun bukanlah pesimisme, bukan pula optimisme, melainkan realisme politik.
Sedari awal dilantiknya Prabowo, Partai Gerindra sudah memukul genderang untuk “Prabowo dua periode,”.
Gerindra seolah memastikan bahwa separuh dari masa kekuasaan pertama akan digunakan bukan hanya untuk memerintah, tetapi juga untuk menyiapkan legitimasi menuju periode kedua.
Namun di balik gegap gempita niat itu, tersisa satu pertanyaan mendasar yang belum terjawab.
Sebagai pelanjut sekaligus penerus kepemimpinan Jokowi, sudahkah Prabowo benar-benar terlepas dari orbit Jokowi dan memiliki orbit kekuasaannya sendiri?
Pertanyaan itu layak diajukan, sebab sampai hari ini, banyak tanda yang menunjukkan bahwa gravitasi politik Jokowi masih kuat mengelilingi istana.
Hal itu terlihat mulai dari proyek-proyek warisan seperti kereta cepat, IKN, hingga jaringan oligarki yang menancap dalam di sekeliling kekuasaan.
Prabowo tampak berada di antara dua kutub--di satu sisi ia ingin menegaskan dirinya sebagai pemimpin baru dengan visi besar tentang kedaulatan dan kebanggaan nasional.
Di sisi lain, dalam mengelola negara, langkah-langkah politiknya masih harus meniti garis orbit yang telah ditentukan oleh pendahulunya.
Pertanyaannya kini bukan lagi apakah ia akan meneruskan Jokowi, tetapi apakah ia mampu menulis babak sendiri dalam sejarah Indonesia yang modern?
Bagi Prabowo hari ini, kekuasaan sebenarnya tidak lagi diukur dari seberapa besar ia diwariskan, tetapi dari seberapa jauh ia mampu membebaskan diri dari bayangan kekuasaan sebelumnya.
Transisi Kekuasaan Tanpa Perlawanan
Indonesia kini sedang memasuki babak yang jarang terjadi dalam sejarah republik: transisi kekuasaan tanpa perlawanan, tanpa ideologi, dan tanpa gairah.
Pergeseran dari Joko Widodo ke Prabowo Subianto terjadi begitu mulus, seolah demokrasi kita telah menemukan bentuk idealnya--stabil, efisien, dan beradab.
prabowo whoosh
jokowi sekarang
teori transisi kekuasaan
prabowo dua periode
pojok humam hamid
humam hamid aceh
Serambi Indonesia
Serambinews
| Khan, Aboutaleb, dan Mamdani: Fenomena Migran Muslim Menjadi Pejabat Publik di Eropa dan AS |
|
|---|
| MSAKA21 - Kerajaan Samudera Pasai: Hikayat Raja Raja Pasai dan Catatan Tome Pires – Bagian XVI |
|
|---|
| Gaza dan Yahudi Amerika: Dua Generasi, Dua Hati yang Berbeda |
|
|---|
| Dana Otsus Jilid 2: Lagu Lama vs Otoritas Teknokratis – Bagian Kedua |
|
|---|
| Dana Otsus Jilid 2: Lagu Lama vs Otoritas Teknokratis - Bagian 1 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.