Pengobatan
Salep ‘Makwa’ Racikan Bupati Abdya, Sembuhkan Stroke sampai Orang Gila
"Tidak semuanya bisa dijelaskan secara logika. Saya sependapat dengan Pak Akmal, jangan digiring ke hal-hal berbau mistis,” kata Ustaz Syarifuddin.
Penulis: Nasir Nurdin | Editor: Nasir Nurdin
Sejak tiga bulan terakhir, Bupati Abdya, Akmal Ibrahim jadi pembicaraan karena kemampuannya meracik ramuan berbentuk salep yang dilaporkan bisa menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk stroke dan gangguan jiwa. Sang Bupati sendiri mengaku bingung kenapa obat yang pada awalnya diracik untuk keperluan sendiri, bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kepada wartawan Serambinewscom, Nasir Nurdin, Bupati Akmal mengatakan, “Saya berusaha agar pikiran orang tidak tergiring ke hal-hal berbau mistis. Tetapi susah karena proses kesembuhan mereka begitu cepat. Saya sendiri nggak bisa menjelaskan kenapa. Ya, sudahlah, biar mereka juga nggak bingung, saya bilang saja memang ada saya jampi-jampi.”
SERAMBINEWS.COM
Malam itu, Minggu (10/1/2021), tanpa agenda khusus, Serambinews.com bertemu dengan Akmal di Pendopo Bupati Abdya di Blangpidie.
Bincang-bincang santai berlangsung di ruang terbuka bagian belakang pendopo.
Seperti keseharian Akmal di luar jam dinas resmi, dia tampil layaknya rakyat kebanyakan. Berkain sarung, berbaju kaos.
Dia terlihat menerima tamu sambil duduk santai ditemani segelas kopi dan makanan ringan—termasuk apam keubeue (sejenis martabak). Meja dan kursi plastik di ruang ‘outdoor’ itu tampak tersusun tak beraturan. Tamu bebas duduk di mana saja. Tak ada aturan protokoler yang membatasi.
Dari smartphone-nya mengalun lagu-lagu jadul dari koleksi Dian Piesesha yang dinyanyikan kembali oleh vocalis Vanni Vabiola. Beberapa petugas pengamanan terlihat santai namun tetap siaga di sekitar sang bupati. Kalau tak ada sosok siaga itu, nyaris tak ada beda antara Akmal dengan rakyat kebanyakan.
Baca juga: Guru dan Staf Sekolah Sukma Bangsa Jalani Tes Swab
Belum sampai lima menit Serambinews.com berbincang santai dengan Akmal malam itu, beberapa tamu lainnya datang dan langsung ikut bergabung.
Para tamu tampak sangat familiar. Akmal menyambut mereka dengan pertanyaan pembuka, “pakiban, na perubahan?” (Bagaimana? Apa sudah ada perubahan?)
Ternyata, tamu yang datang adalah pasien Akmal. Tujuan mereka untuk konsultasi sekalian mengambil obat lanjutan. Pembicaraan pun beralih ke soal pengobatan.
Ya, sejak sekitar tiga bulan terakhir, warga Abdya—termasuk pejabat—dihebohkan dengan aktivitas baru Bupati Akmal menjalankan fungsi tabib.Profesi tak terduga itu berawal sekitar bulan Oktober 2020.
Baca juga: Disdikbud Proyeksikan Tambah Durasi Jam Belajar
Waktu itu Akmal bereksperimen meracik bahan-bahan obat (rempah) untuk digunakan secara pribadi.
“Saya kan sudah tua, ada saja keluhan penyakit. Saya coba menemukan sendiri penangkalnya dari bahan-bahan alami, karena saya yakin alam sudah menyediakan berbagai macam obat, tinggal lagi bagaimana cara kita mengolah sesuai peruntukan,” ujar Akmal yang sejak masih bergabung di Harian Serambi Indonesia beberapa tahun lalu dikenal sebagai sosok kreatif dan inovatif.
Begitulah. Malam itu Akmal memastikan kondisi pasiennya satu per satu.
“Ini teman saya. Saya memanggil beliau Bang Ilyas. Dua minggu lalu saya dengar beliau sakit (stroke). Saya minta tolong diantar ke mari (pendopo). Beliau harus dipapah oleh dua orang, tak bisa jalan,” kata Akmal sambil memperkenalkan sosok orangtua bernama Ilyas (65), warga Desa Guhang, Kecamatan Blangpidie, Abdya.
Menurut pengakuan Ilyas, kondisnya waktu itu benar-benar parah. Anggota tubuh sebelah kanan (tangan dan kaki) tak bisa digerakkan. Mulut merot sehingga bicara pun susah.
Sesampai di pendopo dua minggu lalu, Akmal memberikan kepadanya satu pot kecil salep/cream. Ilyas diminta menggosokkan salep itu di bagian tubuh yang sakit.
Baca juga: 16 Kantong Jenazah Sudah Berada di RS Polri, 7 Kantong Jenazah Terkumpul Hari Ini
“Saya sulit percaya, setelah beberapa hari menggunakan salep itu, tangan dan kaki saya sudah mulai bisa digerakkan.Mulut juga berangsur normal. Saya tak perlu dipapah lagi,” kata Ilyas yang datang ke pendopo malam itu karena obat sudah habis.
“Tadi dari parkiran mobil di depan pendopo, saya jalan sendiri ke mari,” ujar Ilyas.
Selain Ilyas, malam itu juga ada dua anak muda yang kembali lagi ke pendopo mengambil obat.
Ahmad Husairi (23), warga Gampong Adan, Kecamatan Tangan-tangan, Kabupaten Abdya. Dua tahun lalu, pemuda tamatan SMA ini mengalami kecelakaan sepeda motor. Dampak kecelakaan itu, korban yang juga ada riwayat penyakit bawaan (epilepsi) mengalami lumpuh dan muncul benjolan (bengkak) di batang otak.
“Sejak pertama dirawat di rumah sakit pascakecelakaan, saya lumpuh. Hampir dua tahun saya melalui hari-hari di atas kursi roda,” kata Ahmad Husairi.
Sekitar dua minggu lalu, ketika mendengar kabar Bupati Abdya bisa menyembuhkan orang lumpuh, Ahmad Husairi datang ke pendopo dipapah oleh ibu dan abang sepupunya.
Baca juga: Siang Ini, Gubernur Aceh Kembali Lantik Sejumlah Pejabat Eselon II, Sekda Lantik Eselon III dan IV
Setelah dua minggu mengoleskan salep dari Pak Bupati, benjolan di batang otaknya berangsur menyusut.
Lebih mencengangkan lagi, dia sudah bisa berjalan. Tak perlu lagi kursi roda.
“Fakta ini seperti tak masuk akal. Mungkin ada yang bilang, itukan karena yang mengobati bupati, makanya semua mengaku sembuh. Kalau ada yang ngomong begitu, karena yang bersangkutan belum mengalami langsung faktanya seperti kami,” kata Fauzi Adani (33), abang sepupu Ahmad Husairi.
Fauzi mengatakan, dia yang tahu persis bagaimana kondisi adik sepeupunya Ahmad Husairi selama dua tahun harus hidup di kursi roda dan akhirnya diantar ke pendopo dengan kondisi dipapah.
Baca juga: VIDEO Kerumunan Warga di PPI Ujong Serangga Abdya, Hampir tak Ada yang Pakai Masker
“Setelah dua minggu menggunakan salep yang diberikan Pak Bupati, ya beginilah fakta adik saya sekarang. Sudah bisa jalan sendiri, benjolan di tengkuknya juga sudah mulai mengecil,” ujar Fauzi Adani yang mendampingi Ahmad Husairi mengambil obat lagi ke pendopo malam itu.
Korban mata traktor
Kisah keampuhan salep Bupati Akmal meruyak menjadi pembicaraan masyarakat setelah seorang staf pendopo bernama Miswardi mengalami luka di bagian kaki akibat terkena mata bajak (traktor).
Luka di bagian telapak kaki kirinya sempat bengkak dan infeksi selama berminggu-minggu. Dokter sempat menyarankan dibelah karena infeksi semakin parah.
Miswardi menceritakan, pada bulan Oktober 2020, ketika dia membantu Bupati Akmal di pendopo membuat adonan salep di tungku pemanas, iseng-iseng dia mengoleskan salep yang sudah jadi itu ke bagian kakinya yang infeksi.
“Setelah itu saya langsung tidur. Waktu bangun pagi saya kaget karena alas tempat tidur dan selimut banyak cairan berceceran. Ternyata cairan itu nanah dan darah yang keluar dari luka di kaki saya. Bengkak di kaki saya juga kempes. Kemudian berangsur kering dan sekarang sudah sembuh total,” kata Miswardi sambil memperlihatkan kakinya yang kembali normal, meski terlihat bekas menghitam sepanjang beberapa senti akibat sayatan mata mesin traktor.
Miswardi juga membawa pulang salep tersebut untuk ibunya yang sudah sekian lama hanya terbaring akibat stroke. “Alhamdulillah, kini ibu saya juga sudah bisa bangun,” kata Miswardi.
Baca juga: Kasus Komulatif Covid-19 di Aceh Capai 8.909 Orang
Keluarga pendopo lainnya yang ikut merasakan kejaiban salep Bupati Akmal adalah Ustaz Syarifuddin Yusuf (50), warga Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie, Abdya.
Ustaz Syarifuddin adalah imam di Musalla Pendopo Bupati Abdya.
Suatu malam ketika duduk-duduk di pendopo, penyakit asam urat Ustaz Syarifuddin kumat. “Sakit sekali. Iseng-iseng saya gosok salep itu. Seperti tak masuk akal, rasa sakit hilang,” ujarnya.
Gadoh pungoe
Cerita sukses lainnya terkait keampuhan salep bikinan Akmal, diceritakan sendiri oleh sang bupati.
Menurutnya, dia terus menguji coba salep tersebut untuk pengidap penyakit lainnya, termasuk orang gila.
“Ada enam orang gangguan jiwa yang saya terapi dengan salep. Tiga di antaranya sudah mulai gadoh pungoe (sembuh gila). Tiga lainnya sedang berproses,” kata Akmal dengan gaya kocaknya.
Selain itu, lanjut Akmal, ada juga seorang ibu dengan kasus kista mengeluhkan sakit luar biasa setiap datang bulan.
“Sudah berobat ke mana-mana, sekarang sedang terapi menggunakan salep. Alhamdulillah, sakit haid tidak ada lagi,” ungkap Akmal.
Salep Makwa
Salep racikan Bupati Akmal kini dikenal dengan nama salep ‘Makwa’.
Dia sempat mengungkapkan mengapa dinamakan ‘Makwa’ namun Akmal meminta asal-usul nama ‘Makwa’ tidak ditulis.
Begitu juga komposisi salep, dia juga belum bersedia mengungkap. “Yang jelas dari rempah-rempah alami. Tapi dominan pala,” ujarnya.
Baca juga: Alasan OPM Bakar Pesawat MAF di Intan Jaya Papua, Sebut Pesawat Datang Sebagai Mata-mata
Di luar fakta kesembuhan yang dialami oleh orang-orang yang menggunakan salep ‘Makwa’ tersebut, Akmal tak bisa menjelaskan kenapa bisa sembuh, bahkan untuk penyakit berat seperti stroke.
“Saya tak bisa menjelaskan itu. Saya yakini saja kalau Allah SWT sedang memberikan saya sebuah kemampuan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan,” kata Akmal.
Dikatakan Akmal, mengingat berbagai keterbatasan—termasuk jadwal menerima tamu untuk berobat—untuk sementara dia fokus dulu melayani orang-orang di Kabupaten Abdya. “Ya, saya utamakan dulu membantu warga di sini,” katanya.
Ditanya apa tidak ada rencana melakukan penelitian secara ilmiah terhadap salep ‘Makwa’, Akmal mengatakan, dia akan melakukan itu. “Ya, akan kita teliti sebagaimana saran kawan-kawan,” ujar Akmal Ibrahim.
Terkait fenomena salep ‘Makwa’ yang dilaporkan bisa menyembuhkan secara instan beberapa jenis penyakit—termasuk stroke—menurut Ustaz Syarifuddin Yusuf, imam di pendopo Bupati Abdya, ini adalah sesuatu yang wajar, sehingga tak perlu diherankan.
“Alam telah menyediakan berbagai jenis obat-obatan, dan melalui tangan Pak Akmal tercipta komposisi yang tepat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ini maunah atau ilham yang diberikan Allah SWT kepada beliau untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Tidak semuanya bisa dijelaskan secara logika. Saya sependapat dengan Pak Akmal, jangan digiring ke hal-hal berbau mistis,” begitu kata Ustaz Syarifuddin. (Nasir Nurdin/Serambinews.com)