Fenomena Tanah Bergerak
Bupati Aceh Besar Buka Posko di Lokasi Tanah Bergerak, Rekahan Tambah Lebar dan Dalam
"Bila pada hari pertama longsornya hanya 10 cm, dua hari kemudian menjadi 40 cm, hari ini (Kamis) bertambah menjadi 70 cm."
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nasir Nurdin
Dari hasil pengukuran, kata Bambang, terlihat ada penurunan permukaan tanah. "Kemarin dalamnya 46 cm, tapi hari ini sudah 72 cm. Jadi, ada penurunan lagi sekitar 26 cm," sebut Bambang.
Hasil sementara, kata Bambang, dapat disimpulkan bahwa kondisi tanahnya masih labil. Pergerakannya secara rotasional (bergeser ke arah sungai).
Jumat pagi besok tim survei geologi dari FT USK dijadwalkan ke lapangan lagi untuk melakukan pengukuran lanjutan, baik kedalaman maupun panjang dan lebar rekahan.
"Kondisi tanahnya masih sangat labil. Hujan lebat tadi malam kemungkinan besar turut memengaruhi," kata Bambang Setiawan.
Baca juga: Fenomena Tanah Bergerak di Aceh Besar Masih Terjadi, Warga Lamkleng Gelar Doa Bersama
Tanda-tanda bahwa permukaan tanah tersebut terus bergerak dan amblas ke arah sungai juga sudah diidentifikasi oleh Dr Nazli Ismail, Ketua Prodi Magister Ilmu Kebencanaan USK.
Mantan wartawan Serambi Indonesia ini memotret sejumlah pohon besar di dekat sungai. Ternyata pohon-pohon tersebut, di antaranya pohon hagu, posisinya sudah miring, condong ke arah sungai.
"Ini menandakan, tanahnya terus bergerak dan amblas ke arah sungai," kata Nazli.
Dari hasil observasi langsung pada Rabu pagi, doktor jebolan Swedia ini menyimpulkan bahwa terjadinya tanah bergerak dan rekahan memanjang tersebut disebabkan oleh tanahnya sudah jenuh terhadap air.
Baca juga: Ini Jadwal Vaksinasi Covid-19 di Kota Lhokseumawe
Kejadian ini, kata Nazli, erat kaitannya dengan tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh, sehingga menyebabkan tanah labil.
Kebetulan, lokasi tanah bergerak itu hanya sekitar 30 meter dari Sungai (Krueng) Aceh.
Rekahannya pun memanjang mengikuti alur sungai. Tebing tanah pun miringnya ke arah sungai. Semua ini berkontribusi terhadap terjadinya fenomena tanah bergerak dan merekah dengan kedalaman sekitar 40-70 cm. (*)