Penanganan Covid 19
Tenaga Kesehatan Tangani Corona Kurang, Pemerintah Diminta Beri Perhatian & Insentif yang Lebih Baik
Hal ini seiring melonjaknya jumlah pasien positif yang hadirkan rekor baru setiap harinya.
Hal ini seiring melonjaknya jumlah pasien positif yang hadirkan rekor baru setiap harinya.
SERAMBINEWS.COM - Tenaga kesehatan (Nakes) di Indonesia secara umum yang menangani pasien Corona dinilai sudah berkurang.
Hal ini seiring melonjaknya jumlah pasien positif yang hadirkan rekor baru setiap harinya.
Setelah pada Kamis (14/1/2021) pasien positif pecah rekor sejumlah 11.557, sehari sesudahnya Jumat (15/1/2021) kembali pecah rekor dengan jumlah 12.818 orang.
Oleh karena itu, di tengah program vaksinasi yang baru saja berjalan, Anggota Tim Covid-19 Fraksi PKS, Sukamta, mengatakan lonjakan kasus setiap hari dikhawatirkan akan membuat semakin banyak rumah sakit kolaps.
"Saya mendapat informasi di Yogyakarta, semua rumah sakit sudah tidak mampu lagi menampung pasien baru positif covid.
Selain karena jumlah kamar isolasi yang terbatas, kondisi yang lebih berat karena jumlah tenaga kesehatan yang minim.
Karena rumah sakit sudah overload, banyak pasien yang terkatung-katung," ujar Sukamta, kepada wartawan, Sabtu (16/1/2021).
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di Aceh Bertambah 16 Orang, Seorang Meninggal
Baca juga: Tim Prodi Teknik Geologi USK Banda Aceh Rekomendasikan Warga Segera Mengungsi
Baca juga: Janda Ini Antar Sabu untuk Mantan Suami, Napi di Lapas Langsa, Ini Modusnya, Tapi Digagalkan Sipir
"Kemarin (15/1/2021), ada 23 pasien yang masuk waiting list. Secara akumulatif ada 12 orang wafat selama menunggu rujukan, karena kondisi overload kamar.
Kondisi yang berat ini pasti juga terjadi di banyak daerah yang lain," imbuhnya.
Menurut Wakil Ketua Fraksi PKS tersebut, pemerintah pusat perlu turun tangan dalam rekrutmen tenaga kesehatan, mengingat pemda kesulitan melakukan rekrutmen.
Padahal, Sukamta mengungkap bahwa Pemda DIY belum lama ini membuka lowongan 230 nakes.
Akan tetapi kabarnya yang mendaftar 88 orang dan kemudian hanya 26 orang yang melanjutkan.
Dia memaparkan banyak peserta yang mundur karena tidak diizinkan keluarga hingga ada kekhawatiran karena menangani pasien Covid.