Sejarah KMP Gurita
Kisah Ucok Sibreh yang Selamat dari Tenggelamnya KMP Gurita di Teluk Sabang Setelah Terkatung 17 Jam
Hari itu, Jumat 19 Januari 1996, Ucok Sibreh dan teman sebayanya Indra, berencana pergi ke Kota Sabang untuk melakukan suatu urusan sekalian liburan.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM – Hari ini, Selasa (19/1/2021), tepat 25 tahun yang lalu Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita tenggelam di Teluk Balohan Sabang, Aceh.
Tenggelamnya KMP Gurita menjadi sejarah paling kelam bagi moda transportasi air di bumi Serambi Makkah.
Pada saat kejadian, KMP Gurita mengangkut sekitar 378 orang.
Sebanyak 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang.
Satu diantara 40 orang yang berhasil selamat adalah Muhibuddin Ibrahim, yang biasa di sapa Ucok Sibreh.
Ia berhasil selamat dari tragedi KMP Gurita setelah loncat dan berpegangan pada pelampung lifebuoy selama 17 jam.
Hari itu, Jumat 19 Januari 1996, Ucok Sibreh dan teman sebayanya Indra, berencana pergi ke Kota Sabang untuk melakukan suatu urusan sekalian liburan.
Baca juga: Hari Ini Dalam Sejarah: Tenggelamnya KMP Gurita di Laut Sabang, 284 Orang Dinyatakan Hilang
Baca juga: Mengenang 25 Tahun Tragedi Karamnya Kapal Gurita
Pada saat itu, ia dan rekannya masih duduk di bangku SMA kelas XI (usia 17-an).
Satu diantara transportasi yang membawa mereka ke Sabang adalah, dengan menggunakan KMP Gurita.
Sore itu, Ucok dan Indra membeli tiket penumpang di loket resmi kapal.
Mereka kemudian naik keatas kapal dan terdaftar sebagai penumpang resmi.
Pukul 18:45 WIB, kapal kemudian meninggalkan Pelabuhan Malahayati menuju Balohan, Sabang,
Namun naas dalam perjalanan menuju Sabang KMP Gurita yang ditumpangi mereka tenggelam pada pukul 20.30 malam.
Ucok berkisah, malam itu dia beserta rekannya sedang berada di buritan kapal melihat air yang menghantam bagian depan kapal semakin mendekati mereka.
Temannya bernama Indra pun berinisiatif mengajak Ucok untuk melompat ke laut.
Namun sayang rekannya ternyata belum bisa berenang sehingga hilang ditelan arus laut.
Baca juga: Isak Tangis Pecah Saat Jenazah Ibu Anak Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air Tiba di Rumah
Baca juga: Korban Sriwijaya Air Datangi Anak Lewat Mimpi: Papa Jatuh Tak Ada yang Tolong
Sedangkan Ucok tanpa disadarinya telah terlempar jauh dari kapal, Ucok pun berusaha berenang kesana sini menggapai apa yang bisa dipegang untuk mengapung.
Dan seperti mukjizat, akhirnya Ucok berhasil mendapat pertolongan dari seorang Anak Buah Kapal bernama Adi.
Adi memberinya tempat pegangan pada pelampung kapal lifebuoy yang ada padanya.
Setelah terkatung-katung selama kurang lebih 17 jam di laut dalam keadaan lapar haus dan letih.
Ucok dan Adi pun ditemukan oleh kapal tanker Laju Perkasa 4 yang sedang lewat.
Menurut ucok kejadian ini merupakan mukjizat dari Allah dia bisa selamat.
Sebab dari 387 penumpang, cuma Ucok beserta 40 orang yang selamat.
Sedangkan 54 orang dinyatakan meninggal dan 284 orang dinyatakan hilang.
Setelah dievakuasi ke kapal penolong, Ucok dan Adi pun bersujud syukur kepada Allah SWT kerena telah diselamatkan dari maut lautan.
“Alhamdulillah” ungkapnya berkali-kali dengan mata masih berkaca-kaca mengenang peristiwa itu.
Baca juga: Suara Misterius Terekam Petugas saat Cari Pesawat Sriwijaya Air: Teriakan dan Tangis Minta Tolong
Baca juga: Basarnas Kumpulkan 17 Kantong Jenazah Berisi Body Part Korban Sriwijaya Air SJ-182
Ucok menyesalkan hingga saat ini tidak adanya perhatian pihak terkait terhadap korban.
Padahal semua korban selamat membeli tiket resmi dan ada asuransinya.
Selain itu, Ucok juga berharap adanya perhatian pelaku transportasi terhadap kelayakan kapal (laik layar) saat beroperasi.
Kisah Ucok Sibreh yang selamat di tragedi KMP Gurita ini dimuat dalam situs resmi Dinas Perhubungan Aceh.
Tentang KMP Gurita
Awal tahun 1996, menjadi peristiwa dan sejarah kelam yang berbalut duka bagi masyarakat Aceh.
Ditengah konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebuah tragedi tansportasi laut terjadi di ujung barat Indonesia.
Baca juga: BERITA POPULER - Sosok Umi Nadia Istri Syekh Ali Jaber, Pria Bertanduk hingga Gadis Aceh Dibunuh
Baca juga: BERITA POPULER – Pria Beristri 5 Ditangkap di Pidie, Tanah Bergerak, Suami Gerebek Istri di Meulaboh
Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita tenggelam saat melakukan pelayaran dari Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar menuju Pelabuhan Balohan, Sabang.
Dalam catatan sejarah, KMP Gurita berangkat dari Pelabuhan Malahayati pada tanggal 19 Januari 1996 pukul 18.45 WIB.
Kapal pabrikan Bina Simpaku Jepang ini seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan, Sabang pada pukul 21.00 WIB.
Sebelum berangkat, tidak tampak keanehan ketika semua penumpang memasuki kapal yang dirakit tahun 1970 itu.
Baca juga: Isti Yudha Prastika Pramugari Korban Sriwijaya Air Telah Dimakamkan, Isak Tangis Keluarga Pecah
Baca juga: 29 Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ 182 Sudah Diidentifikasi, Termasuk Bayi 11 Bulan, Ini Daftarnya
Kapal kemudian berangkat meninggalkan Pelabuhan Malahayati menuju Sabang.
Malam itu, KMP Gurita tak kunjung bersandar di Pelabuhan Balohan.
Para pejemput terus menantikan kedatangan kapal yang membawa kerabat mereka.
Otoritas Pelabuhan Balohan kemudian mendapat kabar bahwa KMP Gurita telah tenggalam.
Diketahui, KMP Gurita membawa 378 penumpang.
Jumlah itu bukanlah kapasitas yang laik bagi kapal jenis Roro buatan tahun 1970 itu.
Baca juga: Wafat Para Ulama Sebagai Tanda Kiamat Sudah Semakin Dekat ? Berikut Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Baca juga: VIRAL Sebelum Meninggal Suami Sempat Tanyakan Bagaimana Kalau Aku Mati, Ternyata Suami Benar Pergi
KMP Gurita sejatinya hanya mampu menampung 210 penumpang.
Berdasarkan data yang dihimpun Serambinews.com dari berbagai sumber, dari total 378 penumpang, 282 orang di antaranya warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 warga negara asing.
Pada Saat itu, banyak penumpang yang naik keatas kapal tidak terdaftar dalam manifest alias ilegal.
KMP Gurita juga dipaksakan mengangkut barang yang jumlahnya mencapai 50 ton, seperti 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, dan 15 ton tiang beton listrik.
Baca juga: FOTO - Petugas KNKT Periksa Temuan Turbin dan Serpihan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Baca juga: FOTO - Hari Ke-6 Pencarian Korban Sriwijaya Air SJ 182, Cockpit Voice Recorder (CVR) Belum Ditemukan
Ditambah lagi dengan bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua.
Muatan sesak sebenarnya sudah lazim terjadi dalam kapal yang memiliki panjang 32,45 meter, lebar 7,82 meter, dan tinggi 2,54 meter ini.
Yang menjadi pembeda hari itu, kebanyakan penumpang adalah warga Sabang yang kembali.
Mereka pulang kampung untuk menyambut hari meugang dan puasa pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.
Baca juga: Kisah Korban Gempa, Kabari Orang Tua Selamat, Tapi Meninggal Ketika Ambil HP Saat Gempa Susulan
Baca juga: Di Hadapan Ulama Aceh, Gubernur Kembali Nyatakan Vaksin Covid-19 Sinovac Halal dan Aman
KMP Gurita diketahui tenggelam di antara 5-6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Sabang.
Dari total 378 penumpang, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita.
25 tahun berlalu, bangkai kapal yang berada didasar laut Teluk Balohan Sabang itu tak berhasil diangkat dari dasar laut. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca Juga Lainnya:
Baca juga: Sempat Viral Transgender Suami Dihamili Istri, Kini Sudah Lahiran Tapi Bingung Tak Bisa Menyusui
Baca juga: Wafat Para Ulama Sebagai Tanda Kiamat Sudah Semakin Dekat ? Berikut Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Baca juga: Argentina Diguncang Gempa Dangkal 6,4 SR, Ada Lima Kali Gempa Susulan yang Terjadi