Human Interest Story
Nasib Tukang Becak dan Sopir Labi-labi di Banda Aceh, Tergerus Zaman Teknologi serta Pandemi
nasib tukang becak, sopir labi-labi di banda aceh, melihat orang berlalu lalang, mata tua itu menatap sesekali melambai, bertanya hendak pergi kemana
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Syamsul Azman | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sorot mata memandang ke jalanan, melihat orang berlalu lalang, mata tua itu menatap, sesekali melambai, bertanya hendak pergi kemana.
Hidup mereka digantungkan pada putaran roda, bila kendaraan mereka ditumpangi warga, maka mereka akan membawa pulang rezeki.
Namun, sebut mereka setiap harinya untuk mendapatkan satu penumpang saja rasanya sulit
Demikian penuturan beberapa tukang becak dan sopir labi-labi yang sering menunggu penumpang di kawasan Masjid Raya Banda Aceh.
Setiap harinya, jarang sekali mereka membawa pulang uang di atas Rp 50 ribu.
Bahkan, kata sopir labi-labi, untuk menambal ban bocor saja, rasanya mereka kesulitan.
• Kisah di Balik Lagu Terpesona Viral, Dijadikan Yel-yel TNI dan Polri, Pencipta Tak Dapat Royalti
Pada Serambinews.com, Minggu (7/2/2021) sore, salah satu sopir labi-labi bernama Marwan (43) mengatakan dirinya sebelum Tsunami Aceh 2004 sudah melakukan pekerjaan menjadi sopir labi-labi.
Semenjak pandemi pemasukannya merosot tajam, apalagi dengan adanya bus trans, pemasukan jauh dari kata cukup.
"Kami begitu terjepit, apalagi semenjak beroperasi angkutan seperti trans agak larut, sehingga kami agak kesulitan mencari nafkah.
"Kami berharap kepada pemimpin untuk memperhatikan kepada angkutan umum, mungkin bisa diberikan keringanan untuk jadwal operasional trans sehingga kami bisa ada penumpang," katanya saat ditemui Serambinews.com di kawasan Masjid Raya Banda Aceh.
Marwan juga mengatakan semenjak tiga tahun belakang, untuk pemasukan sangat terjepit.
"Selama tiga tahun belakang ini, jangankan untuk pemasukan, untuk ban bocor saja kami sulit tempel," ucapnya.
• Masih Ingat Shella & Erni? Kisah Dua Sahabat 25 Tahun Tak Pernah Berjumpa, Begini Kabarnya Sekarang
Pemasukan sehari, Marwan mengatakan untuk membawa pulang uang Rp 50 ribu saja sangat kesulitan.
"Untuk dapat uang Rp 50 ribu saja sudah sangat sulit, coba bayangkan, bagaimana kehidupan kami antara becak dan labi-labi, tidak ada penumpang.
"Trans Kutaraja beroperasi sampai jam malam." katanya.
Marwan biasanya keluar dari rumah pada pukul 08:00 WIB dan kembali pulang pada pukul 19:00 WIB dan biasanya membawa pulang uang tidak cukup untuk kebutuhan di rumah.
Pengemudi labi-labi yang sering menunggu penumpang di kawasan Masjid Raya ini juga berharap agar pemerintah melihat nasib mereka.
"Harapan kami, agar Pemda bisa melihat nasib kami, mempertimbangkan kami, karena kami mencari rezeki untuk keluarga, selama ini juga tidak mendapatkan bantuan secara langsung," ujarnya.
• Akhir Kisah Kerajaan Hindu Terakhir di Dunia, Putra Mahkota Bantai Keluarga

• VIDEO - Polisi Turki Sita Buku Mantra Sihir Kuno di Atas Kulit Ular Sanca

• Pesta Pernikahan Berubah bak Film Laga, Pengantin Pria Mendadak Tendang Wajah Istri di Tengah Pesta

• Ini Rincian Gaji PPPK, Mau Ikut CPNS 2021 atau PPPK?

• VIRAL Percakapan Ayah dan Bayi bak Orang Dewasa, Sampai Tepuk Paha dan Tawa Terkekeh

• Dikira Air Minum, Pejabat Ini Tak Sengaja Minum Hand Sanitizer saat Rapat, Begini Kondisinya
• Oknum Perwira TNI Selingkuhi Istri Bawahan, Terbukti Berzina, Dipecat di Sidang Pengadilan Militer

Selain sopir labi-labi, tukang becak bernama Alim (43) juga mengatakan sangat sulit mendapatkan penumpang beberapa tahun terakhir.
Bahkan dirinya menduga, ada upaya untuk menghilangkan angkutan umum seperti becak dan labi-labi di Banda Aceh.
• Tinggal di Gubuk Beratap Plastik, Warga Miskin Ini Terharu saat Terima KTP, KK dari Bupati Sarkawi
Karena, dengan pemasukan yang jauh dari kata cukup, beberapa tukang becak memilih banting setir mencari profesi lain.
Meskipun masih ada beberapa yang bertahan dengan keadaan demikian.
Alim juga mengatakan semenjak adanya bus trans, pemasukan mereka sangat turun drastis, karena semua penumpang memilih naik bus karena gratis.
Sehingga, para tukang becak seperti mereka, harus mencari peruntungan ketika bus trans selesai beroperasi.
"Sulit, hanya dapat penumpang ketika bus trans selesai operasi, jika bus masih beroperasi sangat susah dapat penumpang, karena warga ingin naik bus dan gratis," katanya.
"Harapannya agar jam operasional bus trans agak dikurangi, agar kami juga bisa mendapat penumpang," tambahnya berharap.
• Kisah Pria Duduk di Kursi Roda Menangis Rindukan Anak dan Cucu, Sering Tanya Kapan Pulang
Saat Serambinews.com melihat-lihat, memang sebagian besar para tukang becak dan sopir labi-labi mengeluh.
"Kami tidak bisa mengatakan pada siapapun lagi pak, hanya kepada bapak mungkin bisa menyampaikan kesulitan kami selama ini.
"Kami sudah dari siang (siap dzuhur) berada di sini, tapi belum satupun mendapat penumpang," katanya sekitar jam 18:00 WIB.
Wajah para tukang becak hampa, hanya mengantungkan nasib pada rezeki Allah SWT.
• Relawan Surati Irwandi Yusuf, Sepakat Calon Wakil Gubernur Aceh, Ini Sosok yang Diusul
Sesekali kalimat demikian terucap dari mulut mereka, "Hanya pada Allah kami gantungkan nasib kami sekarang".
Sepanjang jalan kawasan Masjid Raya Banda Aceh, berjejer tukang becak dan labi-labi menunggu penumpang.
Namun, sebagian besar dari mereka tidak ada penumpang dan hanya berusaha menawarkan jasa, meskipun hanya sedikit yang mau naik transportasi yang mulai tergerus zaman tersebut. (*)
• BERITA POPULER - HMI Minta Libur Minggu Diganti Jumat Hingga Janda dan Imam Kampung Dinikahkan
• BERITA POPULER- Pengacara tak Senonoh dengan Klien, Sopir Bus Pelangi Ditangkap Hingga Kakek Berotot
• BERITA POPULER- Pria Aceh Ditemukan Usai Hilang 32 Tahun Hingga Pria Istri 5 Perkosa 3 Wanita
• BERITA POPULER- Lukisan Mirip Asli Viral di Medsos, Pria Sentuh Area Intim hingga Pasangan Tergencet