Shalat Jenazah Bukhari Daud, Mantan Bupati Aceh Besar, Diimami Putra Tunggalnya
Jenazah almarhum kemudian dishalatkan oleh ratusan jamaah dengan imamnya Putra El-Mukram
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Pesan duka tersebut beredar di di sejumlah grup WA dan sudah diteruskan ratusan kali. Antara lain di grup WA Silaturahmi Abes dan grup WA Jantong Aceh USK UIN yang di-posting oleh Dr Nasrullah RCL, Dosen Fakultas Teknik USK yang juga tokoh Aceh Besar.
Setelah tak lagi menjabat bupati, Bukhari Daud kembali mengabdi di FKIP USK sebagai dosen linguistik.
Namun, tadi malam Serambinews.com mendapat informasi dari Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Dr Mirza Irwansyah MBA MLA bahwa Bukhari Daud sudah mengajukan pensiun dini dari dosen di FKIP USK.
• Berapa Banyak Telur yang Boleh Dikonsumsi? Sehatkah Jika Dimakan Setiap Hari? Baca Ulasan Berikut
Istrinya juga mengakui hal itu. Bukhari memang mengajukan pensiun dini pada usia 61 tahun dari seharusnya 65 tahun, tapi belum mendapat restu dari atasannya.
Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Komisi Beasiswa Aceh yang pada masa Gubernur Zaini Abdullah diubah menjadi Lembaga Pengembangan Sumber Daya (LPSDM) Aceh.
Bukhari juga dikenal luas sebagai qari, mubalig, dan imam di Masjid Lampeuneurut.
"Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Beliau memang orang yang sangat baik. Insyaallah husnul khatimah," kata Darwati A Gani, Anggota DPR Aceh yang mengenal sejak lama sosok Bukhari Daud yang meraih program doktor di Australia.
Jasanya di bidang pelestarian dan pengembangan bahasa Aceh cukup dikenang, karena bersama mentornya, Dr Mark Durie, Bukhari menerbitkan kamus Bahasa Aceh-Inggris.
Kamus ini digunakan secara luas oleh pembelajar bahasa Aceh di dalam dan luar negeri.
"Kita kehilangan pakar linguistik Aceh yang menyusun kamus Aceh-Inggris bersama mentornya, Dr Mark Durie di Australia. Semoga Allah Swt memberikan tempat terbaik kepada almarhum. Alfatihah," tulis Nezar Patria, putra Aceh di Jakarta yang saat ini menjabat Direktur Kelembagaan PT Pos Indonesia.
Selamat jalan Teungku Bukhari, akademisi yang taat. (*)