Breaking News

Wawancara Eksklusif

Saya Ini Seperti Wasit Tinju, Menjaga Pertandingan Tidak Liar

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mendapat tiga tugas khusus dari Presiden Joko Widodo, satu di antaranya, menjaga kestabilan harga

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Saya Ini Seperti Wasit Tinju, Menjaga Pertandingan Tidak Liar
FOR SERAMBINEWS.COM
Muhammad Lutfi

* Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi (1)

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mendapat tiga tugas khusus dari Presiden Joko Widodo. Satu di antaranya, menjaga kestabilan harga di tengah pandemi Covid-19. Lutfi baru dilantik akhir Desember 2020 lalu. Tugas berat berada di pundaknya. Mengatasi persoalan perdagangan di tengah pandemi Covid-19 memang bukan hal yang mudah. Sebagai prajurit, ia siap melaksanakan perintah tersebut.

Lutfi membandingkan kala menjabat sebagai menteri pada 2014 lalu dan saat ini. Ia mengibaratkan dua perbedaan itu dengan kompetisi lari. "Tahun 2012-2014 kita lagi lari di dalam turunan, mudah. Sekarang ini kita sedang lari menanjak, terengah-engah," ujar Lutfi saat berbincang bersama jajaran redaksi Tribun Network, yang dipandu Direktur Pemberitaan Febby Mahendra Putra, Selasa (16/2/2021).

Lutfi memaparkan apa saja yang akan dilakukannya untuk meningkatkan perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19. "Saya menjaga kualitas impor untuk memastikan industri berjalan, penyerapan tenaga berjalan, dan konsumsi berjalan," tuturnya. Petikan lengkap wawancara eksklusif Tribun Network bersama Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, akan kami turunkan dalam dua edisi mulai hari ini:

Apa tugas prioritas dari Presiden Joko Widodo kepada Anda sebagai Menteri Perdagangan?

Ada tiga hal yang beliau sampaikan. Pertama, karena ini masih pandemi, beliau meminta saya menjaga daya beli masyarakat. Maksudnya agar harga-harga stabil. Kedua, beliau memberikan arahan pentingnya membantu UMKM melaksanakan atau aktif untuk ekspor ke luar negeri. Ketiga, beliau meminta agar Indonesia aktif membuka pasar-pasar non-tradisional. Kayak Tiongkok, Amerika Serikat, Singapore, pasar-pasar tradisional. Beliau ingin pasar-pasar non-tradisional.

Anda ditunjuk di tengah pandemi Covid-19, apa yang Anda rasakan?

Ini tantangan. Saya ini prajurit. Ditempatkan di mana saja, kapan saja, itu sudah menjadi risiko ketika harus masuk lagi di pemerintahan. Memang keadaan hari ini dibanding tahun 2014, ketika saya menjadi menteri pertama kali, sangat berbeda. Yang pertama,pada 2014 itu, ekonomi kita, ekonomi dunia lagi naik ke atas. Tahun 2012-2014 kita lagi lari di dalam turunan, mudah.

Sekarang ini kita sedang menanjak, terengah-engah. Situasi kita ini kok ternyata impor kita turun, ini sepertinya ada yang salah di engkel (kaki) saya ini.  Di engkel Indonesia ini ada yang terganggu, mudah-mudahan tidak ada yang terkilir, mudah-mudahan hanya tegang keras saja, belum sampai terkilir. Tapi, ini kita mesti sadari dan kita mesti perbaiki. Dan mudah-mudahan, kalau kita lihat tren hasil tahun 2020 dan Januari 2021 saya melihat secercah sinar di ujung terowongan.

Apakah Anda sempat bimbang ketika diminta untuk menjadi Menteri Perdagangan di tengah situasi pandemi Covid-19?

Kalau galau sih tidak. Cuma itu buka helm, pasang helm yang lain, itu tiba-tiba banyak sekali PR-PR nya. Waktu terakhir jadi menteri sampai sekarang itu ada 38 Peraturan Menteri Perdagangan yang saya mesti pelajari satu-satu. Memastikan bahwa peraturan itu memang menjadi instrumen yang baik, supaya perdagangan kita jalan.

Makanya saya bilang, mudah-mudahan ini hanya keram saja jangan sampai terkilir. Karena kalau sampai terkilir GDP kita terganggu juga. Jadi saya memastikan, bahwa tata laksana impor di Kementerian Perdagangan ini akan saya perbaiki. Kenapa? Karena multiplier effect dari bahan baku, bahan penolong, dan 16,7% itu barang modal, hanya 10% barang konsumsi itu, bisa terjaga. Jadi saya menjaga kualitas impor untuk memastikan industri berjalan, penyerapan tenaga berjalan, dan konsumsi berjalan.

Perintah Presiden Jokowi adalah untuk tidak korupsi, apa yang Anda lakukan untuk menjaga itu?

Terus terang ini challenge yang luar biasa. Dan memang saya bilang tata kelola di Kementerian Perdagangan ini mesti diperbaiki. Karena kalau tidak, kualitas impor turun, konsumsi turun, seperti yang saya utarakan tadi. Saya selalu bilang Menteri Perdagangan seperti wasit tinju. Untuk memastikan pertandingan yang baik antara penjual dan pembeli. Kalau saya terlalu ngatur semua dalam pertandingan, itu tidak ada tinjunya, tidak ada boxing-nya. Yang ada hanya lari-lari saja penjual dan pembeli. Tapi kalau saya diamkan penjual dan pembeli tanpa aturan yang mestinya saya laksanakan, pertarungan menjadi liar.

Yang bahaya adalah ketika saya salah, saya bodoh, 270 juta orang Indonesia melihat wasitnya bodoh, Menteri Perdagangannya bodoh. Yang saya wanti-wanti seluruh jajaran kementerian saya, ketika tiba-tiba 270 juta orang Indonesia merasa bahwa wasitnya curang. Maka penonton 270 juta ini tahu bahwa Menteri Perdagangannya curang. Karena kalau saya ngapa-ngapain, Anda semua ini korbannya. Rakyat Indonesia yang menjadi saksinya. Semua ini mesti kita selesaikan secara baik dan transparan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved