Berita Luar Negeri
Surat Tilang Diganti Ciuman Bibir, Polisi dan Wanita tak Sadar Ada yang Rekam Hingga Viral
Pasalnya, oknum petugas polisi tersebut terekam sedang melakukan ciuman bibir dengan seorang wanita, yang merupakan pelanggar protokol kesehatan
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM – Seorang petugas polisi harus menerima akhir yang pahit setelah ia tak disiplin dalam menjalankan tugas.
Pasalnya, oknum petugas polisi tersebut terekam sedang melakukan ciuman bibir dengan seorang wanita, yang merupakan pelanggar protokol kesehatan.
Wanita itu diduga telah melakukan pelanggaran protokol kesehatan dan harus mendapatkan surat tilang dari petugas polisi.
Namun oknum polisi tersebut membebaskan si wanita setelah diberikan imbalan bercumbu bibir.
Insiden itu terjadi di Miraflores Boardwalk, Lima, Peru.
Rekaman video tersebut diambil oleh seseorang dari lantai atas bangunan.
Kemudian viral setelah saluran TV lokal merilis video polisi yang sedang bercumbu bibir dengan pelanggar wanita tersebut.
Baca juga: Rasakan Keanehan di Rumah, Pasutri Ini Segera Periksa CCTV Pukul 3 Pagi, Ada Sosok ‘Hantu Pengantin’
Baca juga: Atta Halilintar Tolak Rp 10 Miliar Ketimbang Aurel Hermansyah Beradegan Ciuman
Baca juga: Kasus Kematian Pramugari Filipina, Ini Kesaksian Pria yang Terekam Berciuman dengan Christine
Baca juga: Istri di Langsa Pasok Oknum Satpol PP ke Kamar saat Suami Shalat Subuh di Masjid, Ngaku Cuma Ciuman
Hal itu mendorong kepala kepolisian untuk mengambil langkah skorsing pada oknum polisi tersebut.
Pihak kepolisian tersebut masih menyelidiki kasusu yang sudah mencoreng nama baik polisi.
Dalam video tersebut, tampak seorang petugas polisi dan wanita tersebut terlihat berdiri di antara dua mobil yang diparkir di pinggir jalan.
Tampaknya petugas tersebut mencoba mencatat rincian pelanggaran si wanita tersebut pada sebuah surat tilang.
Beradasarkan laporan Times Now News, yang dikutip Sabtu (20/2/2021), petugas tersebut mendapati si wanita karena melanggar protokol kesehatan.
Sehingga, polisi tersebut mencoba mencatat dan memberikannya denda.
Sementara itu, wanita tersebut mencoba membujuknya untuk melepaskannya dari denda dengan imbalan ciuman.
Baca juga: Usai Malam Pernikahan, Bagian Tubuh Pria Ini Tak Berfungsi, Pengantin Wanita Gugat Cerai Suaminya
Baca juga: 5 Fakta Hubungan Sesama Jenis di Wisma Atlet, Perawat dan Pasien Akui Perbuatan
Baca juga: Mabes Polri Tegaskan LGBT Langgar Kode Etik Profesi, Anggota Penyuka Sesama Jenis Siap Ditindak
Beberapa saat kemudian, polisi tersebut tampak berputas untuk memikirkan tawaran tersebut.
Akhirnya, petugas tersebut berubah pikiran dan keduanya saling bercumbu di bawah lampu jalanan.
Tampaknya, baik petugas polisi dan wanita itu tak menyadari ada sorotan kamera yang direkam dari atas bangunan.
Setelah video tu disiarkan di stasiun tv, walikota Miraflores, Luis Molina, memerintahkan kepada kepala kepolisian untuk merumahkan polisi tersebut sementara waktu.
“Walikota kami Luis Molina telah mengambil keputusan untuk segera memberhentikan (skorsing) petugas ini karena pelanggaran disiplin,” kata kepala polisi wilayah itu, Ibero Rodriguez.
Ia mengatakan, wanita tersebut tidak menghormati aturan jarak sosial dan petugas melepaskannya karena imbalan ciuman.
“Petugas itu melepas maskernya hanya untuk mencium bibir si wanita. Tindakan ini dengan sendirinya adalah tindakan yang sangat serius dan itulah mengapa dia ditangguhkan," Rodriguez mengatakan.
Baca juga: Usai Divaksin, Dua Nakes di Aceh Jaya Harus Dirawat
Baca juga: Perawat dan Pasien Covid-19 Lakukan Hubungan Intim Sejenis di Wisma Atlet Kemayoran, Ini Faktanya
Tayangkan Detik-detik kematian Pasien Covid-19
Begitu banyak program penyiaran, khususnya televisi, berlomba-lomba menampilkan konten yang disukai publik.
Bahkan kadang kalanya ada stasiun TV mengenyampingkan kualitas tayangan yang mereka produksi demi reting.
Sejatinya, siaran televisi harus memiliki nilai-nilai edukasi dalam setiap tayangannya.
Serta, siaran televisi tidak bertentangan dengan nilai dan norma serta undang-undang yang berlaku di suatu negara.
Namun, sebuah saluran TV telah memicu kontroversi di negara Bolivia pada hari Kamis (18/6/2020) lalu.
Saluran TV itu menyiarkan secara langsung detik-detik terakhir pasien Covid-19 menghembuskan napas terakhirnya atau sakaratul maut.
Baca juga: Tanaga Kesehatan di Banda Aceh Divaksin Sinovac Covid-19 Mencapai 90,6 Persen
Baca juga: Sejoli Mesum dan Berhubungan di Kuburan Cina Berstatus Duda dan Janda, Polisi Buru Perekam Video
Sementara itu, para dokter berusaha mati-matian berusaha untuk menyelamatkannya.
Program "No Lies" dari Stasiun PAT mengatakan bahwa mereka mengambil keputusan untuk menayangkan siaran langsung kematian pasien covid-19.
Mereka melakukan syuting kematian seorang pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Kota Santa Cruz, Bolivia.
Mereka mengatakan bahwa tayangan ini ditujukkan untuk menyentak tindakan otoritas yang telah mengabaikan layanan kesehatan.
Program 'No Lies' tayang setiap malam di saluran PAT yang berbasis di Santa Cruz.
Santa Cruz merupakan sebuah wilayah dengan sekitar 60 persen dari 21.000 kasus positif corona di Bolivia dan sekitar setengah dari 679 kematiannya berasal dari wilayah itu.
Dalam siaran langsung itu, program ini menunjukkan detik-detik pasien menghadapi sakaratul maut sekitar 30 menit.
Siaran itu juga menayangkan para dokter yang bertugas mencoba menyelamatkan pasien tersebut.
Dokter mengambil tindakan medis kardiopulmoner pada pasien, yang pada akhir berakhir pasien tersebut dinyatakan meninggal karena covid-19.
Baca juga: Batuk di Depan Polisi dan Berteriak Corona, Seorang Pria Dipenjara 4 Bulan
Baca juga: Viral Pemakaman Jenazah Corona di Tengah Banjir, Petugas Sedot Air yang Penuhi Liang Lahat
Seorang anggota Ombudsman Bolivia, Nadia Cruz, mengecam siaran langsung yang ditayangkan PAT.
Crus mengatakan bahwa siaran itu hanya untuk "sensasionalisme,".
Ia berulang kali mengecam siaran itu.
“Siaran itu jelas bertentangan dengan tatanan hukum nasional," kata Cruz.
“Siaran itu juga dapat menimbulkan semacam ketakutan kolektif,”sambungnya.
Ombudsman Bolivia adalah sebuah badan independen yang ditunjuk untuk menyelidiki keluhan terhadap layanan pemerintah atau organisasi publik.
Siaran itu menuai banyak kritikan dari masyarakat di platform media sosial, termasuk oleh jurnalis terkemuka.
"Betapa kurangnya rasa hormat terhadap keluarga, untuk orang yang meninggal.
Baca juga: Heboh Warga Satu Desa Beli Mobil Baru Hingga Ratusan Unit, Ternyata Ada Proyek Ini di Pedesaan
Baca juga: Tujuh Varian Baru Virus Corona Lebih Menular Ditemukan di AS
Baca juga: Virus Corona Spanyol Awalnya Ditemukan Dalam Limbah Kota
Kami kehilangan banyak hal dengan virus ini, termasuk empati," kata jurnalis Maria Trigo, dari surat kabar El Deber de Santa Cruz, dalam sebuah pesan Twitter.
Fabiola Chambi, seorang jurnalis dari harian Cochabamba Los Tiempos mengatakan penyiaran kematian menunjukkan kurangnya rasa hormat dan rasa prikemanusiaan.
Namun, Pemerintah Bolivia hingga kini belum memberikan pernyataan tentang kontroversi itu. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca juga: Arab Dianggap Sebagai Penjajah Negeri dan Membahayakan, Begini Tanggapan Buya Yahya
Baca Juga Lainnya:
Baca juga: Gubernur Aceh Nilai Investasi di Aceh Tetap Berjalan Baik, Hanya Saja, Ini Laporannya
Baca juga: BREAKING NEWS - Kantor Badan Keuangan Abdya Terbakar, Api belum Berhasil Dipadamkan
Baca juga: Sudah 16 Tahun Ditempati, Lantai Rumah Warga di Temanggung Tiba-tiba Ambles dan Berlubang Besar