Internasional

Sudan Ambangkan Mata Uang di Pasar Internasional, Syarat Aliran Bantuan Asing Masuk

Pemerintah Sudan mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang keuangan. Sudan mengambangkan mata uangnya di pasar internasional

Editor: M Nur Pakar
AP
Mata uang baru Sudan diletakkan di belakang jendela Bank Sentral di Khartoum, Sudan pada 24 Juli 2011. 

SERAMBINEWS.COM, KHARTOUM- Pemerintah Sudan mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang keuangan.

Sudan mengambangkan mata uang di pasar internasional mulai Minggu (21/2/2021) untuk memenuhi permintaan utama lembaga keuangan internasional,

Dilansir AP, Minggu (21/2/2021), diharapkan, akan dapat membantu otoritas transisi memulihkan ekonomi yang telah terpukul parah.

Pengapungan itu menjadi langkah ekonomi paling berani yang diambil oleh pemerintah transisi yang telah memerintah negara Afrika itu.

Setelah pemberontakan rakyat menyebabkan penggulingan otokrat Omar al-Bashir oleh militer pada April 2019.

Dolar AS telah diperdagangkan lebih dari 350 pound per dolar di pasar gelap, kurs resminya 55 pound per dolar.

Baca juga: 8 Orang Sekeluarga Asal Sudan Tewas di Tengah Gurun Libya, Diduga Tersesat, Enam Bulan Hilang

Mata uang Sudan sekarang akan berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan, menurut pernyataan Bank Sentral.Sudan.

Dikatakan flotasi adalah bagian dari langkah-langkah yang telah diambil pemerintah transisi untuk membantu menstabilkan ekonomi negara.

Bank Sentral mengatakan pengapungan akan membantu menormalisasi hubungan dengan lembaga keuangan internasional dan regional.

Termasuk negara-negara sahabat untuk memastikan aliran hibah dan pinjaman untuk memulihkan dalam perekonomian Sudan.

Baca juga: Menteri Intelijen Israel Kunjungi Sudan, Perkuat Hubungan Diplomatik

Sudan selama bertahun-tahun bergumul dengan serangkaian kesengsaraan ekonomi, termasuk defisit anggaran yang sangat besar.

Bahkan, kekurangan barang-barang kebutuhan pokok yang meluas serta melonjaknya harga roti dan bahan pokok lainnya.
Negara ini berhutang 70 miliar dolar AS dan inflasi tahunannya melonjak melewati 300% bulan lalu.

Langkah tersebut kemungkinan akan memicu reaksi populer.

Karena harga barang dan jasa naik.

Sebagai respons terhadap penurunan nilai pound dan kemungkinan kenaikan harga bahan bakar dan barang penting lainnya.

Baca juga: Demonstran Sudan Bakar bendera Israel, Menentang Kesepakatan Normalisasi Hubungan

Negara itu jatuh ke dalam krisis ekonomi ketika selatan yang kaya minyak itu memisahkan diri pada tahun 2011.

Seusai beberapa dekade perang, mengambil lebih dari setengah pendapatan publik dan 95% ekspor Sudan yang saat ini dikuasai Sudan Selatan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved