Krisis Politik di Myanmar

Sudah Tiga Orang Meninggal Dalam Demo Antikudeta Myanmar

Saksi mata mengatakan penembakan itu terjadi setelah berjam-jam terjadi ketegangan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.

Editor: Taufik Hidayat
AP
Polisi melepaskan meriam air untuk membubarkan demonstran penolak kudeta militer di Naypyitaw, Myanmar, Selasa (9/2021). 

SERAMBINEWS.COM, YANGON - Protes antikudeta di Myanmar mulai memakan  korban dimana tiga orang meninggal akibat tembakan pasukan keamanan Myanmar selama protes berlangsung.

Polisi dan tentara Myanmar melepaskan tembakan ke arah kerumunan di kota terbesar kedua, Mandalay, setelah 1.000 pegawai pemerintah menolak untuk kembali bekerja di lokasi dermaga utama.

Para saksi mata mengatakan penembakan itu terjadi setelah berjam-jam terjadi ketegangan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.

Seorang relawan medis termasuk di antara mereka yang terbunuh, menurut seorang rekan yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

"Teman saya sedang duduk di ambulans saat dia tertembak," kata dia.

Seorang pria tewas ketika dia ditembak di kepala oleh polisi di kota Shwe Pyi Thar Yangon, kata seorang saksi mata.

“Saat kendaraan polisi masuk ke jalan, kami berusaha menghentikan mereka. Polisi tiba-tiba menembak kepala seorang pria dan kemudian pergi,” kata Myint Myat Thu, yang menyaksikan penembakan itu.

Baca juga: Aksi Kemanusiaan Warga Aceh di Malaysia, Salurkan Bantuan Hingga Kuala Terengganu

Baca juga: Koalisi NGO HAM Surati Presiden, Minta Perkara Pemuda Aceh Jaya Rakit Senjata Dihentikan

Baca juga: Sebagian Peraturan Turunan UU Cipta Kerja Sudah Diterbitkan Terdiri 45 PP dan 4 Perpres

Baca juga: Dituduh Bawa 2  Pria Menginap di Rumah, Ini yang Dilakukan Angel Lelga, Mantan Istri Vicky

Protes Berlanjut

Protes besar-besaran pun masih terjadi di kota-kota besar dan kecil di Myanmar pada Minggu (21/2/2021) , untuk mengutuk pembunuhan dua pengunjuk rasa oleh pasukan keamanan.

Protes itu juga untuk menunjukkan kemarahan warga sipil Myanmar terhadap kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu.

Polisi dan pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, pada Sabtu, menewaskan dua pengunjuk rasa, termasuk seorang remaja laki-laki relawan medis yang membantu pengunjuk rasa yang terluka.

Seorang relawan medis mengatakan bahwa puluhan ribu orang telah bergabung dalam aksi protes, memblokir persimpangan utama di kota Mandalay.

“Ini seperti lautan manusia,” katanya tanpa menyebut nama.

Aktivis Than Myat Soe menuduh pasukan keamanan telah "menggunakan peluru tajam menembaki para pengunjuk rasa, itulah sebabnya jatuh korban."

Baca juga: Pakai Mobil Listrik, Tak Pusing Ganti Oli dan Tune Up

Baca juga: 6 Ungkapan Ayah Nissa Sabyan soal Isu Perselingkuhan Putrinya, termasuk Penjelasan Panggilan Ummi

Baca juga: Pisau Potong Rumput Tebas Kaki Mukhsin, Meninggal Dunia Karena Pendarahan Hebat

Baca juga: Polisi Jaring Ratusan Pembalap Liar

Para aktivis telah menyerukan unjuk rasa besar di seluruh negeri pada hari Senin hari ini untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap junta militer yang berkuasa.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved