Krisis Politik di Myanmar
Sudah Tiga Orang Meninggal Dalam Demo Antikudeta Myanmar
Saksi mata mengatakan penembakan itu terjadi setelah berjam-jam terjadi ketegangan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.
SERAMBINEWS.COM, YANGON - Protes antikudeta di Myanmar mulai memakan korban dimana tiga orang meninggal akibat tembakan pasukan keamanan Myanmar selama protes berlangsung.
Polisi dan tentara Myanmar melepaskan tembakan ke arah kerumunan di kota terbesar kedua, Mandalay, setelah 1.000 pegawai pemerintah menolak untuk kembali bekerja di lokasi dermaga utama.
Para saksi mata mengatakan penembakan itu terjadi setelah berjam-jam terjadi ketegangan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.
Seorang relawan medis termasuk di antara mereka yang terbunuh, menurut seorang rekan yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
"Teman saya sedang duduk di ambulans saat dia tertembak," kata dia.
Seorang pria tewas ketika dia ditembak di kepala oleh polisi di kota Shwe Pyi Thar Yangon, kata seorang saksi mata.
“Saat kendaraan polisi masuk ke jalan, kami berusaha menghentikan mereka. Polisi tiba-tiba menembak kepala seorang pria dan kemudian pergi,” kata Myint Myat Thu, yang menyaksikan penembakan itu.
Baca juga: Aksi Kemanusiaan Warga Aceh di Malaysia, Salurkan Bantuan Hingga Kuala Terengganu
Baca juga: Koalisi NGO HAM Surati Presiden, Minta Perkara Pemuda Aceh Jaya Rakit Senjata Dihentikan
Baca juga: Sebagian Peraturan Turunan UU Cipta Kerja Sudah Diterbitkan Terdiri 45 PP dan 4 Perpres
Baca juga: Dituduh Bawa 2 Pria Menginap di Rumah, Ini yang Dilakukan Angel Lelga, Mantan Istri Vicky
Protes Berlanjut
Protes besar-besaran pun masih terjadi di kota-kota besar dan kecil di Myanmar pada Minggu (21/2/2021) , untuk mengutuk pembunuhan dua pengunjuk rasa oleh pasukan keamanan.
Protes itu juga untuk menunjukkan kemarahan warga sipil Myanmar terhadap kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu.
Polisi dan pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, pada Sabtu, menewaskan dua pengunjuk rasa, termasuk seorang remaja laki-laki relawan medis yang membantu pengunjuk rasa yang terluka.
Seorang relawan medis mengatakan bahwa puluhan ribu orang telah bergabung dalam aksi protes, memblokir persimpangan utama di kota Mandalay.
“Ini seperti lautan manusia,” katanya tanpa menyebut nama.
Aktivis Than Myat Soe menuduh pasukan keamanan telah "menggunakan peluru tajam menembaki para pengunjuk rasa, itulah sebabnya jatuh korban."
Baca juga: Pakai Mobil Listrik, Tak Pusing Ganti Oli dan Tune Up
Baca juga: 6 Ungkapan Ayah Nissa Sabyan soal Isu Perselingkuhan Putrinya, termasuk Penjelasan Panggilan Ummi
Baca juga: Pisau Potong Rumput Tebas Kaki Mukhsin, Meninggal Dunia Karena Pendarahan Hebat
Baca juga: Polisi Jaring Ratusan Pembalap Liar
Para aktivis telah menyerukan unjuk rasa besar di seluruh negeri pada hari Senin hari ini untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap junta militer yang berkuasa.
Toko-toko di Yangon terlihat memasang pemberitahuan bahwa mereka akan tetap tutup selama sehari untuk bergabung dalam protes.
Rekaman video para pengunjuk rasa yang melakukan ritual di kota Sanchaung Yangon, berdoa untuk kegagalan diktator militer, menjadi viral di media sosial.
Setidaknya tiga pengunjuk rasa telah tewas selama demonstrasi anti-kudeta yang sedang berlangsung sejak kudeta.
Seorang gadis pengunjuk rasa berusia 20 tahun, yang ditembak di kepala di ibu kota administratif Nay Pyi Taw dan meninggal karena luka-lukanya pada hari Jumat (19/2/2021), menjadi korban pertama pengunjuk rasa pekan ini di negara itu.
Seorang pria berusia 30 tahun juga tewas pada hari Sabtu (20/2/2021) di kota Shwe Pyi Thar Yangon setelah polisi menembak kepalanya ketika ia mencoba mencegah kendaraan polisi memasuki daerah pemukimannya.(AnadoluAgency)