Arkeologi

Peneliti Temukan Gua di Australia yang Menyimpan Lukisan Kanguru Berusia Ribuan Tahun

Para arkeolog dari University of Melbourne bersama komunitas Aborigin setempat mevalidasi temuan itu sebagai tertua yang asli.

Editor: Taufik Hidayat
Pauline H, Peter Verth, & the Balanggara Aboriginal Illustration
Lukisan gua di Australia yang bergambar kanguru dengan gaya naturalistik, diperkirakan berusia 17.100 tahun. 

SERAMBINEWS.COM - Di dekat Sungai Drysdale, Kimberley, Australia Barat, sebuah gua menyimpan lukisan tertua di Australia berusia 17.300 tahun. Lukisan itu diidentifikasi berbentuk kanguru yang dibuat oleh Aborigin kuno.

Para arkeolog dari University of Melbourne bersama komunitas Aborigin setempat mevalidasi temuan itu sebagai tertua yang asli.

Mengingat, ada banyak lukisan cadas di sekitarnya yang ternyata dilukis ulang selama ribuan tahun, salah satunya yang menyerupai manusia.

Lukisan cadas sepanjang dua meter itu berada di langit-langit bebatuan wilayah Kimberley dengan gaya naturalistik awal.

Gaya naturalistik di Australia selalu identik dengan menampilkan gambar hewan yang sesuai dengan ukuran aslinya. Selain itu lukisan yang tumpang tindih juga ciri gaya naturalistik Australia di masa lalu.

Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Nature Human Behaviour, Senin (22/02), para peneliti mengidentifikasi radiokarbon pada 27 sarang tawon lumpur kuno yang tertutupi maupun di sekitar batu cadas.

Damien Finch, penulis utama peneliti dari The School of Earth Sciences, The University of Melbourne, mengungkapkan bahwa sangat jarang ditemukan sarang tawon lumpur yang tumpang tindih dengan suatu lukisan cadas.

Sampel radiokarbon itu diambil dari dua jenis untuk menentukan usia minimum dan maksimum karya seni tersebut.

"Tantangan utama, secara global, dalam menentukan penanggalan lukisan kuno yakni mereka sangat jarang menggunakan pigmen yang dapat diberi penanggalan dengan salah satu teknik penanggalan kuantitatif kali ini," ungkapnya, dikutip dari AFP.

Baca juga: Hubungan Kerajaan Champa dengan Peradaban di Nusantara

Baca juga: Miris! Hanya Demi Bisa Membayar Utang, Banyak Warga di Afghanistan yang Terpaksa Menjual Ginjalnya

Baca juga: Diplomat Rusia Keluar Korea Utara dengan Troli Tangan Menyusuri Rel Kereta Api ke Perbatasan

Dengan temuan ini para peneliti dapat membaca kondisi semasa lukisan cadas ini dibuat.

Diperkirakan periode naturalistik masyarakat Aborigin terjadi hingga sekitar periode zaman es terakhir di Australia.

"Jadi lingkungannya lebih dingin dan lebih kering daripada hari ini," terang Finch.

Mengingat bangsa Aborigin adalah penduduk asli Australia, temuan ini menjadi arti penting bagi mereka, dan sejarah Australia. Maka sangat penting, menurut para peneliti, untuk menyertakan penduduk asli Aborigin pada studi ini, maupun di masa depan.

"Gambar kanguru ikonik ini secara visual mirip dengan lukisan batu dari pulau-pulau di Asia Tenggara yang berasal dari lebih dari 40.000 tahun yang lalu, [yang] menunjukkan hubungan budaya— dan menunjukkan seni cadas yang lebih tua di Australia," kata Dr. Ouzman, kepala proyek studi dari University of Western Australia.

Baca juga: Kolumnis Arab Saudi Dukung Putra Mahkota: Jangan Menggertak Riyadh

Baca juga: Sempat Kritis Kini Kondisinya Membaik Pasca Dinyatakan Positif Covid-19, Ashanty Ungkap Rasa Syukur

Baca juga: Pos Polisi Ambruk Tiba-tiba ke Kali, Seorang Polantas Terluka Tertimpa Longsoran dan Ikut Terperosok

Selama periode naturalistik pada 17.000 tahun yang lalu, permukaan laut 106 meter lebih rendah dari sekarang. Para peneliti memperkirakan, rendahnya permukaan mengakibatkan Australia 300 kilometer lebih jauh setengahnya ke Pulau Timor.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved