Berita Banda Aceh
Lengkapi Arsip Audiovisual Tsunami Aceh, BAST Wawancarai Semua Tokoh Kunci BRR NAD-Nias
Untuk kepentingan pendokumentasian itu, para tokoh kunci tersebut sudah didata oleh BAST untuk diwawancarai.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Faisal Zamzami
Dia baru saja purnatugas selaku peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan hendak melawat ke Singkil, kampung asaknya.
Kehadiran mantan kepala Regional V BRR NAD-Nias itu di Banda Aceh langsung dimanfaatkan BAST untuk mewawancarainya selama hampir dua jam.
Fadjri diwawancarai oleh Arsiparis BAST, Prasetya Kurniawan, di Ruang Teater BAST, Kamis (4/3/2021) pagi.
Dalam wawancara itu, Fadjri Alihar menyatakan bahwa BRR saat itu punya kebijakan khusus, yaitu bagaimana mamacu pembangunan kembali daerah-daerah yang terdampak bencana di seluruh daerah Aceh dan Nias.
"Tugas utama BRR adalah melakukan percepatan agar daerah yang terkena tsunami cepat pulih," kenang Fadjri.
Semua bantuan asing pascatsunami, lanjut Fadjri, harus berkoordinasi dengan BRR, termasuk bantuan-bantuan dari berbagai tokoh dunia dan international NGO tetap harus satu pintu melalui BRR.
Baca juga: Kisah Haru Pria Aceh Jumpa Keluarga Setelah Berpisah 32 Tahun, Mengira Sudah Hilang Saat Tsunami
Baca juga: Tiga Nelayan Jadi Saksi Sriwijaya Air Jatuh, Air Laut Naik 15 Meter sehingga Mengira Ada Tsunami
Fadjri juga menceritakan, banyak tantangan yang dihadapi pada saat melakukan rehab dan rekon NAD-Nias, salah satunya adalah masalah kepemilikan tanah, di mana batas-batasnya hilang semua karena tsunami. Namun, masalah tersebut bisa diatasi dengan baik melalui musyawarah.
"Pada masa akhir BRR NAD- Nias semua laporan keuangan dan dokumen pertanggungjawaban kerja BRR dari lima setiap regional diangkut ke Banda Aceh. Itu atas instruksi Pak Kuntoro Mangkusubroto," ujar Fadjri.
Kemudian, semua data tersebut disimpan dalam bentuk arsip-arsip BRR NAD-Nias yang tersusun rapi di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Ada yang disimpan di ANRI Jakarta, ada pula yang disimpan di
Balai Arsip dan Tsunami, ANRI yang terdapat di belakang Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, kawasan Lampineung, Banda Aceh.
"Ide untuk menempatkan dalam satu tempat arsip-arsip tersebut sebenarnya merupakan ide yang sangat brilian dari Bapak Kuntoro selaku Kepala BRR NAD-Nias," kata Fadjri yang meraih doktor di Jerman.
“Semua proses yang dilakukan dalam mengumpulkan data pertanggungjawaban dari rehabilitasi dan rekontruksi NAD-Nias dapat berjalan dengan baik berkat kerja sama para pihak, termasuk kasatker dan ksdistrik,” ujar Fadjri.
Semua arsip yang kemudian dikumpulkan di BAST Aceh itu, lanjut Fadjri, akan menjadi bahan studi atau pembelajaran penting ke depan bagi daerah-daerah lain yang terdampak bencana gempa dan tsunami, baik di dalm maupun di luar negeri.
Di akhir wawancara, Fadjri berharap BAST dapat mendata dan menarasikan, serta menyimpan dalam bentuk mikrofilm rekaman situs-situs tsunami yang ada di seluruh wilayah Aceh, karena semua itu merupakan bukti sejarah dari peristiwa penting berupa tsunami terbesar sepanjang abad 21. (*)
Baca juga: PBB Selidiki Kejahatan Perang di Tigray, Ethiopia dan Eriteria, Pembantaian Tanpa Pandang Bulu
Baca juga: Tips Atasi Anak Susah Makan, Ketahui Trik Meningkatkan Nafsu Makan
Baca juga: Arab Saudi Salurkan Bantuan Pakaian Musim Dingin di Yaman dan Layanan Medis di Suriah