Warga Korea Utara Dilanda Bencana Kelaparan Akibat Aturan Ketat Kim Jong Un Terkait Covid-19
Warga Korea Utara dilanda bencana kelaparan akibat aturan ketat Kim Jong Un soal pamdemi Covid-19.
Operasi kemanusiaan di Korea Utara terpaksa ditangguhkan, di mana saat ini hanya terdapat tiga pekerja kemanusiaan.
Sementara bantuan yang didatangkan dari tetangga sekaligus sekutu utama mereka tertahan di perbatasan karena masalah impor.
Retas informasi vaksin Pfizer
Badan intelijen Korea Selatan mengatakan Korea Utara berusaha mencuri informasi tentang vaksin dan perawatan virus corona dengan meretas Pfizer.
Padahal, negara yang dipimpin Kim Jong Un itu mengaku nol kasus Covid-19.
Kabar tersebut disampaikan oleh Ha Tae-keung, anggota oposisi panel intelijen parlemen Korea Selatan kepada wartawan.
"Badan Intelijen Nasional Seoul memberi tahu kami bahwa Korea Utara mencoba mendapatkan teknologi terkait vaksin dan perawatan Covid-19... dengan meretas Pfizer," kata Tae-keung, dikutip Al Jazeera, Rabu (17/2/2021).
Dia tidak merinci waktu atau keberhasilan upaya tersebut.
Baca juga: Bocoran Spoiler One Piece 1006: Marco Dikeroyok 3 Komandan Yonko
Kantor Pfizer di Asia dan Korea Selatan belum memberikan komentar terkait kabar ini.
Setahun sebelumnya, peretas Korea Utara juga diyakini berusaha membobol sistem sembilan perusahaan kesehatan, termasuk Johnson & Johnson, Novavax, dan AstraZeneca.
National Intelligence Service (NIS) Korea Selatan mengatakan pihaknya juga sempat menggagalkan upaya Korut untuk meretas perusahaan Korea Selatan yang mengembangkan vaksin virus corona.
Spionase digital yang diarahkan pada lembaga kesehatan, ilmuwan vaksin, dan perusahaan farmasi memang telah meningkat pesat selama pandemi Covid-19.

Korea Utara sendiri kerap dituduh melakukan peretasan demi uang.
Para ahli kesehatan mengatakan, motivasi Korut menyerang para pengembang vaksin mungkin untuk menjual data, bukan mengembangkan vaksinnya sendiri.
Korea Utara diperkirakan menerima hampir dua juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford pada paruh pertama tahun ini.