Berita Banda Aceh

Pelayanan Perpustakaan di Aceh Masih Banyak Secara Konvensional, Ini Resikonya Jika tak Berinovasi

Layanan model ini, ujar Edi Yandra,  tidak lagi disukai pemustaka dan jika tak segera dibenahi bisa-bisa perpustakaan tersebut sepi dari pengunjung.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Dr Edi Yandra MSP (urutan ke-6 dari kiri) melakukan salam literasi bersama para pejabat dinas tersebut seusai pembukaan Diklat Penerapan Aplikasi Inlislite bagi Pengelola Perpustakaan. Diklat tersebut berlangsung di Aula Hotel Mekkah, Banda Aceh, Senin (8/3/2021) siang. 

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH -  Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA), Dr Edi Yandra MSP mengatakan, di Aceh saat ini masih banyak perpustakaan yang memberikan layanan berbentuk konvensional dan tradisional.

Layanan model ini, ujar Edi Yandra,  tidak lagi disukai pemustaka dan jika tak segera dibenahi bisa-bisa perpustakaan tersebut sepi dari pengunjung.

Untuk menyikapi keadaan tersebut, ia tekankan agar perpustakaan seharusnya mampu berinovasi dalam memberikan layanan yang prima kepada para pemustaka.

Salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam layanan perpustakaan.

Hal itu dinyatakan Dr Edi Yandra saat membuka resmi acara Pendidikan dan Latihan (Diklat) Penerapan Aplikasi Inlislite bagi Pengelola Perpustakaan Umum dan Perpustakaan SMA/Sederajat Se-Aceh di Hotel Mekkah, Banda Aceh, Senin (8/3/2021) siang.

Baca juga: Isra Mikraj Jatuh Pada Kamis, Berikut Amalan Sebaiknya Dilakukan, Ada juga Ucapan Selamat yang Cocok

Baca juga: 78 Persen Nakes Aceh Jaya Sudah Disuntik Vaksin Covid-19, Ini Datanya

Baca juga: Pemkab Aceh Utara Sikapi Aksi Keuchik Tolak Perbup dan Kembalikan Stempel, Ini Penjelasan Asisten I

Diklat tersebut diikuti 25 peserta, mewakili seluruh kabupaten dan kota di Aceh. 

Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, lanjut Edi Yandra, semua layanan serbaotomatis, serbacanggih, dan serbagadget.

Untuk itu, perpustakaan harus mampu menyesuaikan jenis dan kualitas layanannya sesuai dengan kemajuan teknologi tersebut, khususnya kemajuan TIK agar tidak ketinggalan zaman. 

Menurut Edi Yandra, salah satu perkembangan teknologi perpustakaan yang relevan diterapkan di seluruh Aceh pada era digitalisasi ini adalah aplikasi yang bernama Inlislite.

Aplikasi ini dibangun dan dikembangkan oleh Perpustakan Nasional Republik Indonesia sejak tahun 2011, dan dapat dimanfaatkan secara gratis oleh DPKA beserta jajarannya.

Baca juga: Wanita Mesir Sampaikan Citra Negaranya ke Benua Afrika, Gaungkan Afrika Bahagia

Baca juga: Kamis Ini Isra Mikraj 1442 Hijriah, Ini Amalan dan Bacaan Doa Memperingatinya, Lengkap Tata Cara 

Baca juga: Dayah Serambi Mekkah Terbakar Lagi, Besok Dinsos Serahkan Bantuan Masa Panik

Program aplikasi Inlislite V.3.2 ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari perangkat lunak (software) aplikasi otomasi perpustakaan Inlislite versi 2.1.2. 

“Oleh karena itu, aplikasi Inlislite V.3.2 ini perlu kita masyarakatkan agar dapat digunakan di seluruh perpustakaan di Aceh,” kata mantan kepala Dinas Pertanahan Aceh ini.

Edi menambahkan, DPKA juga terus berupaya menyelenggarakan berbagai kegiatan penunjang perpustakaan bagi perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum lainnya.

Salah satu kegiatan yang dinilai mendesak untuk dilaksanakan pada awal tahun ini adalah penerapan aplikasi Inlislite bagi pengelola perpustakaan umum dan perpustakaan SMA/sederajat di Aceh. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved