Kisah Kakek Miskin, Setiap Hari Berenang di Sungai Cari Rongsokan, Sempat Temukan Emas dan Mayat

Suparno sudah melabuhkan pelampung yang berbentuk seperti perahu yang terbuat dari sterofoam bekas pembungkus kulkas.

Editor: Faisal Zamzami
KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO
Suparno (69) atau dikenal dengan sebutan Pak Kentir di Sungai Ciliwung di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (12/3/2021) sore. Pak Kentir sehari-hari menggantungkan hidupnya kepada Sungai Ciliwung untuk mencari sampah dan barang rongsok. 

Banyak hal yang ditemukan Pak Kentir selama memungut barang rongsok di Sungai Ciliwung.

"Pernah nemu perak, emas," ujarnya.

Bagi Pak Kentir, perhiasan yang ditemukan itu adalah rejeki baginya.

Mulai dari kalung hingga cincin kawin, pernah ia temukan.

Namun, temuan seperti itu tidak tentu.

"Kalau nemu (perhiasan) sih namanya milik, rejeki. Udah lama sih (nemu perhiasan). Waktu habis banjir gede, tahun 2007," kata Pak Kentir.

Jika menemukan perhiasan, Pak Kentir biasanya langsung menjualnya. Bahkan, ia pernah menemukan emas seberat dua gram. 

Selain emas dan barang rongsok, seperti besi, seng, botol plastik minuman, tak jarang ia juga menemukan mayat manusia.

"Kalau mayat sih sering namanya kali, kali gede," tambah Pak Kentir.

S
Suparno (69) atau dikenal dengan sebutan Pak Kentir di Sungai Ciliwung di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (12/3/2021) sore. Pak Kentir sehari-hari menggantungkan hidupnya kepada Sungai Ciliwung untuk mencari sampah dan barang rongsok.(KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

Meski begitu, hal tersebut tak membuatnya takut.

Walupun tak jarang kakinya harus terluka karena terkena pecahan benda tajam seperti seng, beling atau paku.

Pak Kentir mengaku tak mampu bila harus mengais rejeki di jalan karena kemampuan penglihatannya yang sudah terbatas.

Selain itu, risiko untuk tekena beling dan paku bila mengumpulkan barang bekas dan sampah di kampung-kampung lebih besar dibandingkan di sungai.

"Namanya di kali, Mas. Nyarinya di lumpur. Terus kadang-kadang kena beling, seng, kena paku," ujar Pak Kentir.

Baca juga: Kisah Pengungsi Suriah Sempat Putus Kuliah Akibat Perang Hingga Jadi Dokter di Turki

Baca juga: Kisah Pilu Prajurit TNI, Lumpuh Disengat 8 Tawon Ndas, Kini Tak Bisa Berjalan, Istri Jualan Keripik

Kerja keras dan hidup sebatang kara di ibu kota

S
Suparno (69) atau dikenal dengan sebutan Pak Kentir di samping gerobaknya di kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (12/3/2021) sore. Pak Kentir hidup sebatang kara di ibu kota dan tinggal di bawah kolong jembatan kereta Manggarai-Cikarang.(KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)
Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved