Internasional
AS dan Eropa Minta Tanggungjawab Presiden Bashar al-Assad, Rakyat Suriah Terus Menderita
Presiden Suriah Bashar Assad dan para pendukungnya memikul tanggung jawab atas tahun-tahun perang dan penderitaan manusia.
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Presiden Suriah Bashar Assad dan para pendukungnya memikul tanggung jawab atas tahun-tahun perang dan penderitaan manusia.
"Tanggapan rezim Assad telah menjadi salah satu kekerasan yang mengerikan," kata Menteri Luar Negeri AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia.
Mereka mengeluarkan pernyataan bersama pada peringatan 10 tahun pemberontakan Suriah, speerti dilansir Reuters, Senin (15/3/2021).
"Kami memuji individu dan organisasi pemberani yang selama sepuluh tahun terakhir telah mengungkap kebenaran dari Suriah," kata mereka.
"Mendokumentasikan dan mengejar pelanggaran, kekejaman massal, dan pelanggaran berat hukum internasional untuk meminta pertanggungjawaban pelaku dan memberikan bantuan penting kepada masyarakat," tambah mereka.
Baca juga: VIDEO - Wajah Kota di Suriah Setelah 10 Tahun Perang Saudara Berkecamuk, 300 Ribu Warga Mengungsi
Para menteri luar negeri itu juga mengatakan konflik selama satu dekade, korupsi yang meluas, dan pergolakan ekonomi telah membuat ekonomi Suriah hancur lebur.
Lebih dari setengah populasi, hampir 13 juta warga Suriah, bergantung pada bantuan kemanusiaan, kata pernyataan itu.
"Konflik yang berlanjut juga telah memberikan ruang bagi teroris, terutama Daesh, untuk dieksploitasi," kata mereka, seraya menambahkan mencegah kebangkitan Daesh tetap menjadi prioritas.
AS dan Eropa mengatakan rezim Suriah dan para pendukungnya harus terlibat secara serius dalam proses politik dan memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau komunitas yang membutuhkan.
Baca juga: PBB Menyesal, Gagal Mengakhiri Penderitaan Rakyat Suriah, Perang Sudah 10 Tahun Terus Berlanjut
Pada pemilihan presiden yang diusulkan tahun ini, para menteri luar negeri mengatakan tidak akan bebas atau adil, dan tidak boleh mengarah pada normalisasi hubungan dengan rezim Suriah.
"Setiap proses politik membutuhkan partisipasi semua warga Suriah, termasuk diaspora dan pengungsi, untuk memungkinkan semua suara didengar," kata mereka.
Seraya menambahkan bahwa mereka harus berada di bawah naungan PBB.
Jutaan warga Suriah telah melarikan diri dari pertempuran selama sepuluh tahun terakhir, yang sebagian besar ditampung oleh Turki, Yordania, Lebanon, Irak, dan Mesir.
Selain mereka yang mengungsi secara internal dan tidak dapat kembali ke rumah.
"Kami tidak akan meninggalkan rakyat Suriah (dan) negara kami berkomitmen untuk menghidupkan kembali pengejaran solusi damai," tambah mereka.