Luar Negeri

Pasien Covid-19 Meninggal Setelah Ereksi 3 Jam, Dokter Sebut Efek Samping dari Virus Corona

Diketahui, pasien yang tidak disebutkan identitasnya itu menderita gejala Covid-19 aneh yang disebut priapisme atau ereksi yang tidak disengaja

Editor: Faisal Zamzami
AP
Ilustrasi Petugas medis merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Shohadaye Tajrish di Teheran, Iran pada 14 Oktober 2020. 

SERAMBINEWS.COM – Seorang pasien Covid-19 meninggal dunia setelah mengelami efek samping dari Covid-19 yang aneh.

Diketahui, pasien yang tidak disebutkan identitasnya itu menderita gejala Covid-19 aneh yang disebut priapisme atau ereksi yang tidak disengaja dan menyakitkan selama berjam-jam.

Dalam salah satu kasus paling mengejutkan terkait Covid-19, seorang pasien pria dilaporkan meninggal karena komplikasi yang disebabkan oleh virus tersebut.

Termasuk efek samping yang jarang terjadi di mana ia harus menanggung ereksi selama 3 jam yang menyakitkan.

Melansir dari World of Buzz, kasus tersebut dipublikasikan di The American Journal of Emergency Medicine.

Kewarganegaraan pria tersebut tidak diungkapkan.

Laporan itu merujuk pada data Covid-19 untuk Amerika Serikat.

Pada 1 Januari 2021, pria berusia 69 tahun dengan obesitas itu harus dirawat di IGD setelah mengalami sesak napas.

Pria itu meminum obat yang diresepkan dokter kepadanya untuk sesak napas tetapi tetap tidak membantu kondisinya.

Tentu saja, sesak napas adalah salah satu gejala Covid-19 tetapi pasien tidak pernah dites Covid-19 sebelum keadaan darurat.

Baca juga: Kembali Bertambah, Pasien Meninggal Akibat Covid-19 di Aceh Tamiang Menjadi 22 Orang

Baca juga: Pegawai Kejari Aceh Singkil Disuntik Vaksin Covid-19, Kabid P2P: Tahap Kedua Tuntas Pekan Ini

Lebih lanjut, laporan kasus juga menegaskan bahwa pria tersebut juga telah batuk selama seminggu dan mengalami demam.

Para dokter mengujinya untuk Covid-19 di dalam ruang gawat darurat dan menemukan bahwa dia ternyata positif membawa virus tersebut.

Pasien kemudian dirawat di rumah sakit di mana kesehatannya memburuk selama 10 hari berikutnya.

Kondisinya memburuk sampai-sampai dia membutuhkan steroid dan ventilator untuk membantu pernapasannya.

Selanjutnya, pasien juga ditelungkupkan untuk merangsang aliran udara ke seluruh tubuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved