Opini
Aceh "Tak Lagi" Istimewa
Tarik ulur pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh nampaknya menjadi sentral isu yang menarik untuk dibicarakan

Faktor tingginya penghormatan pada martabat dan harga diri merupakan karakteristik yang terbina oleh perjalanan sejarah masa lalu. Bagi masyarakat Aceh, mitos, ideologi agama atau apapun namanya sangat besar maknanya dalam kehidupan mereka, lebih-lebih lagi dalam melawan penindasan dan kezaliman. Kita harus menyadari bahwa lahirnya perlawanan di Aceh karena adanya satu mitos yang diturunkan oleh nenek moyang orang Aceh, bahwa kezaliman dan penindasan mesti dilawan.
Kita melihat perkembangan politik dalam negeri paska kemerdekaan, telah mengalami pasang surut yang panjang dengan ditandai bergolaknya beberapa daerah seperti Aceh sebagai ungkapan ketidakpuasan dan dendam terhadap kebijakan Pemerintah Pusat. Semua bentuk perlawanan di Aceh melibatkan hampir seluruh rakyat Aceh yang percaya akan mitos bahwa perlawanan ini adalah kelanjutan perjuangan rakyat masa silam, dimana perjuangan ini hanya untuk mendapatkan secercah keadilan dan sebongkah harga diri.
Oleh karena itu, alangkah naifnya apabila banyak orang sampai pada kesimpulan bahwa rasa nasionalisme keindonesiaan masyarakat Aceh telah lama hilang. Hal ini merupakan benang kusut yang mesti diurai kembali. Menurut hemat penulis, justru banyak diantara kita telah ikut memberi andil akan hal itu. Karena disamping kegagalan dalam melihat Aceh secara realistis juga kegagalan dalam melakukan penafsiran dan pemahaman terhadap prilaku yang nampak di permukaan dari kelompok-kelompok kritis yang ada di Aceh. Termasuk juga mereka yang sering beropini baik di media surat kabar maupun di Media Sosial dll, seakan mereka telah gagal memahami Aceh secara konprehensif (utuh) dengan berbagai pendekatan yang seharusnya mereka gunakan.
Namun, terlepas dari semua itu, yang perlu diketahui bahwa secara kultur politik selagi Aceh mau berdialog, melakukan upaya lobi, langkah negosiasi, itu berarti kemarahan belum sampai ke puncak. Namun apabila orang Aceh telah bicara dengan bahasa hati dan menyerang dengan sinar mata yang tajam, maka keadaan ini amatlah berbahaya bagi sebuah keutuhan bangsa.
Apa saja akan dilakukan orang Aceh untuk sebuah kehormatan dan martabat, demikian pula apa saja akan dilakukan tanpa menggunakan perhitungan logika dan untung rugi, apabila harga diri dan digniti (martabat) terusik. Allahu `Alam.