Wawancara Eksklusif
Ciptakan 61 Inovasi Sejak Pandemi Covid-19
Profesionalisme dalam bekerja merupakan kunci utama bagi Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/BRIN)
Inovasi selanjutnya ialah Rapid antigen yang dibuat oleh para peneliti di Universitas Padjadjaran dan sudah mendapatkan izin edar dari Kementrian Kesehatan. Selanjutnya, ada GeNose yang bermanfaat sebagai alat screening dengan menggunakan hembusan nafas, yang dapat mendeteksi senyawa yang kemudian dianalisa untuk melihat apakah seseorang sudah terinfeksi Covid atau belum.
Bagaimana dengan inovasi untuk penyembuhan terhadap orang yang sudah terkena Covid dan dirawat di rumah sakit?
Pertama, terapi plasma convalescent, yang sumber donornya paling baik adalah dari penyintas Covid-19 dengan gejala berat sampai sedang. Kedua, Kemenristek/BRIN juga mendalami terapi stem cell, yang sudah teruji klinis dan bisa meningkatkan kesembuhan sampai 2,5 kali lipat untuk pasien yang terkategori berat, terutama untuk memperbaiki jaringan paru-paru yang rusak akibat serangan Covid-19. Ketiga, terapi Exosome yang merupakan pengembangan dari stem cell. Untuk inovasi di kategori alat kesehatan, Kemenristek/BRIN berhasil mengembangkan berbagai ventilator.
Jadi kunci dari 61 inovasi ini adalah konsep Triple Helix?
Betul sekali. Triple Helix adalah kunci dari kuatnya inovasi di suatu negara. Terutama peneliti, bagaimanapun inovasi harus berbasis penelitian. Kita ingin agar kualitas penelitian dan pengembangan kita bisa terus meningkat dan kemudian tidak hanya berhenti pada prototipe atau hasil riset, tapi bisa diteruskan sampai ke level industri dan diproduksi untuk komersial. Harapannya riset harus berjalan. Peneliti adalah sentral dari semuanya tapi di sini lain mereka harus memahami kebutuhan partner.
Rupanya strategi Triple Helix ini juga dilakukan Korea Selatan. Apa yang bisa kita tarik dari penggunaan Triple Helix oleh Korea Selatan ini?
Betul sekali memang di Korea Selatan kesadaran pentingnya riset dan inovasi sudah muncul sejak tahun 70an dan 80an. Kita bisa memahami ekonomi Korea Selatan bisa melaju lebih cepat dari kita padahal kita mulainya berbarengan. Satu pelajaran penting dari Korea Selatan, bahwa kalaupun kita punya sumber daya alam (SDA), jangan pernah mengabaikan sumber daya manusia (SDM). Justru SDM itu harus benar-benar diberdayakan. (tribun network/lusius genik/tis)