Berita Nagan Raya
Pemkab Nagan Raya Akan Panggil Perusahaan Sawit, Soal Pencemaran Limbah di Krueng Alue Gajah
Hasil laboratorium menunjukan indikasi pencemaran limbah di Krueng Alue Gajah, sehingga menyebabkan ribuan ikan mati mendadak.
Penulis: Rizwan | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Rizwan | Nagan Raya
SERAMBINEWS.COM, SUKA MAKMUE - Pemkab Nagan Raya segera akan memanggil perusahaan kelapa sawit yang beroperasi dekat dengan lokasi temuan Pencemaran limbah di air Krueng Alue Gajah, Desa Lamie, Kecamatan Darul Makmur kabupaten setempat.
Pasalnya, hasil laboratorium menunjukan indikasi pencemaran limbah sehingga menyebabkan ribuan ikan mati mendadak.
Kadis Lingkungan Hidup (DLH) Nagan Raya, T Hidayat melalui Kabid Analis Dampak Lingkungan (Amdal) Jufrizal yang dikonfirmasi kembali pada Sabtu (27/3/2021) menyatakan Pemkab akan duduk membahas lebih lanjut terhadap hasil labor yang telah keluar tersebut.
“Kami rencanakan pemanggilan perusahaan sawit yang beroperasi di lokasi itu guna dilakukan klarifikasi,” jelas Jufrizal.
Dikatakan, klarifikasi guna memastikan apakah perusahaan itu melepaskan limbah pabrik mereka ke sungai atau tidak. Tentu perlu dilakukan penelusuran dengan harapan ke depan tidak ada lagi pencemaran limbah sehingga tidak berdampak pada masyarakat sekitar.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRK Nagan Raya, Zulkarnain ditanyai terpisah, Sabtu (27/3/2021) mengatakan, apa yang menjadi hasil labororium dugaan pencemaran limbah pabrik sawit di Krueng Alue Gajah harus segera diusut tuntas.
“Kami mendorong Pemkab segera menindak tegas,” kata ketua komisi yang membidangi lingkungan tersebut.
Baca juga: 36 Personel Satpol PP dan WH ‘Geruduk’ Leupung & Lampuuk, Tegakkan Protkes dan Qanun Syariat Islam
Baca juga: Bu Dokter Ketahuan Selingkuh dengan Pria Beristri, Bocor dari Foto & Video Mesra
Baca juga: Ketua Komisi VI DPRA Minta Pemerintah Berdayakan Da’i, Imam, dan Khadam Masjid
Baca juga: Jelang Bali United vs Persiraja, Siapkan Taktik Khusus, Stefano Cugurra Sanjung Lantak Laju
Menurut Zulkarnain, persoalan limbah tidak boleh dibiarkan apalagi berdampak buruk pada masyarakat sekitar.
Seperti temuan ikan yang mati mencapai ribuan ekor yang seharusnya ikan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ia meminta Pemkab perlu duduk selain dengan perusahaan yang terdekat dengan pencemaran limbah juga dengan sejumlah perusahaan kelapa sawit lain di Nagan Raya.
Artinya, amdal yang telah disusun oleh perusahaan dipatuhi dan tidak membuang limbah sembarang.
Ketua Komisi III juga memberikan apresiasi kepada Pemkab yang selama kurun waktu beberapa bulan terakhir telah memberikan teguran dalam bentuk pembekuan izin lingkungan atau sanksi adminitratif terhadap 3 perusahaan pabrik kelapa sawit terkait pengelolaan limbah di Nagan Raya.
“Kami terus mendorong Pemkab dan masyarakat meningkatkan pengawasan dengan harapan ke depan tidak ada lagi pencemaran limbah,” ujar Zulkarnain.
Kapolres Nagan Raya, AKBP Risno SIK dimintai tanggapan terkait Krueng Alue Gajah di Lamie, Nagan Raya tercemar limbah sebagaimana hasil labor menyatakan, pihaknya akan berkoordinasi dulu dengan DLH kabupaten. “Kami akan koordinasi dan pelajari dulu terkait hal tersebut,” kata Risno, Sabtu (27/3/2021).
Risno menyatakan setelah dilakukan koordinasi tentu akan diambil sikap guna memastikan langkah proses hukum lebih lanjut. “Nanti akan kita tentukan,” katanya.
Baca juga: Anggota DPR Sekarang Kayak PNS, Tak Wakili Rakyat, Effendi Simbolon: Enggak Usah Aja Ada Anggota DPR
Baca juga: Syaban 1442 H, Berikut Doa Malam Nisfu Syaban Lengkap dengan Bacaan Niat Puasa
Baca juga: 32 Tim Futsal se-Aceh Besar Berlaga Memperebutkan Piala Bergulir Ketua DPRK Aceh Besar, Iskandar Ali
Sumber Air Masyarakat
Keuchik Lamie, Afrizal ditanyai Serambi, Sabtu mengatakan, Krueng Alue Gajah yang berlokasi di Dusun Bate Puteh atau Gagak itu alirannya mengalir ke Krueng Tripa/Lamie.
Krueng Alue Gajah merupakan air menjadi sumber penduduk terutama musim kemarau untuk mencuci dan mandi.
“Selain itu, ikan yang ada di Krueng Alue Gajah juga sebagai pendapatan penduduk setempat,” kata Afrizal.
Dikatakan, Krueng Alue Gajah selama ini digunakan penduduk dari Dusun Gagak/Bate Puteh yang berjumlah 130 KK (kepala keluarga).
Jadi terhadap pencemaran limbah yang menjebabkan ikan mati sebulan lalu sempat terkejut penduduk serta menjadi ketakutan dalam menggunakan air tersebut.
Terhadap hasil labor telah keluar bahwa terjadi pencemaran limbah, kata Afrizal, perlu diusut tuntas pihak Pemkab sehingga ke depan tidak lagi terjadi pencemaran limbah di aliran sungai daerah mereka. Saat ini terdapat satu perusahaan sawit yang dari hulu melintasi aliran sungai tersebut.
“Kami berharap jangan ada lagi pencemaran limbah,” harap Keuchik Lamie, Afrizal.
Baca juga: Besok, Partai Aceh Gelar Raker di Takengon, Mualem Diagendakan Datang ke Lokasi Acara dengan Berkuda
Baca juga: Bebas Murni, 11 Wanita Tersandung Kasus Perusakan Barang PLTA Peusangan Sujud Syukur di Depan Rutan
Baca juga: Lihat Leher Istri Merah dan Akui Selingkuh, Suami Tebas Lansia 70 Tahun, Tubuh Korban Hanyut di Kali
Seperti diberitakan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nagan Raya telah menerima hasil laboratorium sampel air yang diuji guna memastikan penyebab ribuan ikan mati mendadak di aliran Krueng Alue Gajah, Dusun Gagak, Desa Lamie, Kecamatan Darul Makmur.
DLH menyatakan hasil labor menyebutkan baku mutu air di lokasi ikan mati mengalami kenaikan dan diduga tercemar kandungan limbah sawit.
Penjelasan itu dikatakan Kadis Lingkungan Hidup (DLH) Nagan Raya, Haji Teuku Hidayat SE MSi kepada Serambi, Jumat (26/3/2021).
"Hasil labor baru kami terima dari Laboratorium Baristan Banda Aceh setelah 1 bulan lalu sampel kami kirim," kata Hidayat.
Didampingi Kabid Amdal, Kadis DLH mengakui bahwa sampel yang dikirim menujukan dari 12 parameter atau komponen yang diuji sejumlah komponen mengalami kenaikan.
Sebanyak 12 komponen yang diuji labor merupakan komponen-komponen dalam fisika/kimia terkait kandungan limbah sawit.
Menurutnya, sejumlah komponen yang baku mutu dari hasil labor tersebut mengalami naik adalah COD (Chemical Oxygen demand) dari standar 60 mg naik menjadi 135,67 mg, BOD (Biochemical oxygen demand) dari 6 mg menjadi 10,23 mg, TSS (tersuspensi) dari 100 mg menjadi 204,5 mg, dan klorin bebas dari 0,03 mg menjadi 0,08 mg.
Naiknya sejumlah komponen menyebabkan oksigen di air sungai itu berkurang sehingga berpotensi terjadi ikan mati mendadak.
Namun terkait untuk memastikan penyebab ikan mati mendadak di sungai itu perlu penyelidikan lebih lanjut termasuk pemeriksaan sampel ikan.
Baca juga: HEBOH, Tanah 2 Kuburan Tua di Sumbar Tiba-tiba Meninggi hingga 1,5 Meter
Baca juga: Mery Sheep Farm Aceh dan Umuslim Kerja Sama Pembibitan Kambing, Jadi Tempat Praktik & Menghasilkan
Baca juga: Terima Rp 150 Juta, Cita Citata Diperiksa KPK atas Kasus Bansos, Mengaku tak Kenal Juliari Batubara
Sebelumnya, tim Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nagan Raya telah turun ke Krueng Alue Gajah, Dusun Gagak, Desa Lamie, Kecamatan Darul Makmur kabupaten setempat, Senin (15/2/2021) siang.
Tim mengambil sampel ikan mati mendadak yang sempat menghebohkan warga setempat.
Sampel ikan dan air selanjutnya dikirimkan ke laboratorium di Banda Aceh untuk diperiksa. Warga setempat menduga kematian ribuan ikan sungai itu akibat pencemaran limbah perusahaan yang tidak jauh dari lokasi tersebut.
Tim DLH yang turun yakni Kabid Pengawasan dan Penataaan Lingkungan, Samsul Kamal dan sejumlah staf.
Adapun ikan yang mati berjenis nila, lele, gabus, surukan, dan jenis lainnya. Sebelumnya, warga Dusun Gagak, Desa Lamie, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya dihebohkan dengan penemuan ikan mati di aliran sungai yang menurut warga jumlahnya mencapai ribuan ekor.
Sungai tersebut memiliki lebar sekitar 5 meter dan alirannya hingga ke Krueng Lamie. Bahkan ada warga yang mengambil ikan tersebut.(*)