Sejarah Indonesia Ekspor Opium, Untuk Gaji Pegawai Pemerintah Hingga Barter Dengan Senjata
Tahukah anda bahwa Indonesia pernah mengekspor opium alias candu hasil produksi dalam negeri?
Tak tanggung-tanggung, dikatakan bahwa Maramis berhasil menjual 22 ton candu mentah.
Baca juga: Ditawarkan Jual Sabu Oleh Pria Tak Dikenal, Kini Wanita Hamil 9 Bulan Jalani Sidang Sendiri
Opium tersebut berasal dari pabrik candu di Salemba yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Tentang Pabrik Opium Salemba
Di masa penjajahan Belanda, opium alias candu bukanlah barang terlarang di wilayah Hindia Belanda.
Belanda bahkan mendirikan Pabrik Opium yang terletak di pinggir jalan raya Kota Batavia Centrum (Weltervreden-Jakarta Pusat).
Lokasi tersebut saat ini berada dalam kawasan Gang Kenari, dekat Universitas Indonesia (UI), Salemba, Jakarta Pusat.
Dari wilayah itulah ribuan butir candu dihasilkan tiap hari dan juga didistribusikan ke seluruh kepulauan Nusantara.
Baca juga: Ini Dia Francis Ngannou, Petarung yang Miliki Pukulan Beton, Dulu Hidupnya Menyedihkan
Pabrik tersebut bahkan didukung jalur distribusi yang memadai melalui sarana perkeretaapian.
Dikutip dari laman resmi PT KAI, dikatakan bahwa memang dulu pernah terbangun Stasiun Salemba di wilayah tersebut.
“Posisi Stasiun Salemba sangat strategis sehingga memiliki peran penting sebagai percabangan kereta api,” tulis KAI, dikutip Minggu (28/3/2021).
Dari Salemba ke arah timur jalur bercabang menuju Jakarta melalui Pasar Senen ataupun menuju ke jatinegara-Bekasi.
Sedangkan ke arah Barat terdapat jalur cabang ke Jakarta ataupun Bogor.
Baca juga: Lihat Leher Istri Merah dan Akui Selingkuh, Suami Tebas Lansia 70 Tahun, Tubuh Korban Hanyut di Kali
Kemudian lurus terus ke arah barat jalur bercabang ke Tanah Abang dan Anyer-Banten.
Namun, pada tahun 1913, Staatssporwegen atau SS selaku perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda menata ulang jalur kereta api di Jakarta.
Stasiun Boekitdoeri eks-NISM dibongkar dan dibangunlah Stasiun Manggarai yang diresmikan pada tanggal 1 Mei 1918.