Sejarah Indonesia Ekspor Opium, Untuk Gaji Pegawai Pemerintah Hingga Barter Dengan Senjata
Tahukah anda bahwa Indonesia pernah mengekspor opium alias candu hasil produksi dalam negeri?
SERAMBINEWS.COM - Kisah Indonesia Ekspor Opium, Untuk Gaji Pegawai Pemerintah Hingga Barter Dengan Senjata
Dikutip Wikipedia, opium adalah getah kering yang diperoleh dari kapsul biji opium poppy Papaver somniferum.
Sekitar 12 persen opium terdiri dari analgesik alkaloid morfin, yang diproses secara kimiawi untuk menghasilkan heroin dan opioid sintetis lainnya untuk penggunaan obat dan untuk perdagangan obat-obatan ilegal.
Tahukah anda bahwa Indonesia pernah mengekspor opium alias candu hasil produksi dalam negeri?
Ekspor opium Indonesia terjadi di tahun 1948, ketika Indonesia tengah terlibat perundingan dengan Belanda mengenai kedaulatan negara Indonesia merdeka.
Baca juga: Ini Daftar Negara yang Jadi Langganan Indonesia Impor Garam
Perundingan yang berlangsung di kapal USS Renville milik Amerika Serikat, kelak dikenal sebagai perundingan Renville.
Kala itu, Menteri Keuangan RI dijabat oleh Alexander Andries Maramis atau A.A. Maramis, yang masuk dalam masa Masa Kabinet Hatta I.
Sebelumnya, Maramis juga pernah menjabat Menteri Keuangan pada masa Kabinet Amir Sjarifuddin.
Sejak saat itu, didampingi oleh Ong Eng Die sebagai Menteri Muda Keuangan, A.A. Maramis memang bertugas untuk mencari dana guna membiayai angkatan perang, agresi militer dan berbagai perundingan.
Nah, pada masa Kabinet Hatta I inilah perdagangan vw (opium trade) dan emas ke luar negeri terjadi.
Dikutip dari buku berjudul “Organisasi Kementerian Keuangan - Dari Masa Ke Masa” yang diterbitkan Kementerian Keuangan, ekspor opium dilakukan atas usulan Maramis.
Baca juga: AS Dukung Jepang Hadapi China yang Klaim Pulau Senkaku Miliknya
“Untuk menjaga hubungan ekonomi dengan dunia jika perjanjian Renville tidak dapat diselesaikan, Hatta menerima usulan Menteri Keuangan A.A. Maramis untuk melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain dengan menjual candu ke luar negeri,” tulis buku tersebut, dikutip pada Minggu (28/3/2021).
Maramis yang usulannya diterima, lantas melaksanakan perdagangan candu (opium trade) dan emas ke luar negeri pada akhir Februari 1948.
Sebagian dari hasil ekspor opium digunakan untuk menggaji pegawai pemerintah di masa itu.
“Tujuan perdagangan candu dan emas ini adalah untuk membentuk dana devisa dari luar negeri untuk membiayai pegawai perwakilan pemerintah RI di Singapura, Bangkok, Rangoon, New Delhi, Kairo, London dan New York dan barter dengan senjata yang diselundupkan ke daerah Republik Indonesia,” beber buku tersebut.
Tak tanggung-tanggung, dikatakan bahwa Maramis berhasil menjual 22 ton candu mentah.
Baca juga: Ditawarkan Jual Sabu Oleh Pria Tak Dikenal, Kini Wanita Hamil 9 Bulan Jalani Sidang Sendiri
Opium tersebut berasal dari pabrik candu di Salemba yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Tentang Pabrik Opium Salemba
Di masa penjajahan Belanda, opium alias candu bukanlah barang terlarang di wilayah Hindia Belanda.
Belanda bahkan mendirikan Pabrik Opium yang terletak di pinggir jalan raya Kota Batavia Centrum (Weltervreden-Jakarta Pusat).
Lokasi tersebut saat ini berada dalam kawasan Gang Kenari, dekat Universitas Indonesia (UI), Salemba, Jakarta Pusat.
Dari wilayah itulah ribuan butir candu dihasilkan tiap hari dan juga didistribusikan ke seluruh kepulauan Nusantara.
Baca juga: Ini Dia Francis Ngannou, Petarung yang Miliki Pukulan Beton, Dulu Hidupnya Menyedihkan
Pabrik tersebut bahkan didukung jalur distribusi yang memadai melalui sarana perkeretaapian.
Dikutip dari laman resmi PT KAI, dikatakan bahwa memang dulu pernah terbangun Stasiun Salemba di wilayah tersebut.
“Posisi Stasiun Salemba sangat strategis sehingga memiliki peran penting sebagai percabangan kereta api,” tulis KAI, dikutip Minggu (28/3/2021).
Dari Salemba ke arah timur jalur bercabang menuju Jakarta melalui Pasar Senen ataupun menuju ke jatinegara-Bekasi.
Sedangkan ke arah Barat terdapat jalur cabang ke Jakarta ataupun Bogor.
Baca juga: Lihat Leher Istri Merah dan Akui Selingkuh, Suami Tebas Lansia 70 Tahun, Tubuh Korban Hanyut di Kali
Kemudian lurus terus ke arah barat jalur bercabang ke Tanah Abang dan Anyer-Banten.
Namun, pada tahun 1913, Staatssporwegen atau SS selaku perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda menata ulang jalur kereta api di Jakarta.
Stasiun Boekitdoeri eks-NISM dibongkar dan dibangunlah Stasiun Manggarai yang diresmikan pada tanggal 1 Mei 1918.
SS juga membangun Balai Yasa Manggarai sebagai tempat perbaikan lokomotif dan kereta, serta membangun jalur kereta api menuju Jatinegara melalui rute seperti sekarang ini.
Penataan ulang ini membuat peranan Stasiun Salemba tergantikan oleh Stasiun Manggarai.
Baca juga: Pemerintah Larang Mudik Tahun Ini, Mulai 6-17 Mei 2021, Diawasi TNI/Polri, Kemenhub Hingga Pemda
“Hal ini dapat dibuktikan dengan mulai tidak beroperasinya jalur yang melewati Stasiun Salemba.
Pada peta Batavia tahun 1925, jalur cabang Stasiun Salemba – Stasiun Pasar Senen sudah tidak beroperasi.
Kemudian cabang Stasiun Salemba - Jatinegara pada peta tahun 1945 sudah tidak terlihat lagi,” kata KAI.
Kendati demikian, Stasiun Salemba masih beroperasi untuk melayani pengangkutan opium melalui Pabrik Opium – Stasiun Salemba – Jakarta.
“Pabrik Opium yang diperkirakan dibangun tahun 1901 ini berada di seberang Stasiun Salemba dan memiliki jalur kereta khusus menuju Stasiun Salemba.
Namun, pada tanggal 2 September 1981 Stasiun Salemba berhenti beroperasi setelah Pabrik Opium Salemba ditutup,” tulisnya.
Baca juga: Petinggi Partai Politik Bertemu Putra Jokowi di Solo, Apakah Gibran Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024?
Sekarang, bekas Pabrik Opium Salemba masih dapat dilihat dan dipergunakan sebagai kompleks Pascasarjana Universitas Indonesia.
Akan tetapi bekas-bekas dari jalur kereta api di Stasiun Salemba sudah sulit ditemukan.
“Peninggalan yang masih tersisa adalah jembatan rel kereta api di sisi barat stasiun yang sudah tidak terlihat bekas jalan kereta api.
Kini jembatan tersebut masih berdiri kokoh dipergunakan sebagai jembatan penyebrangan warga sekitar,” tandas KAI.
Baca juga: Kronologi Terbongkar Bisnis Sabu di LP Banda Aceh, Tergesa-gesa Hingga 2 Cewek Petugas Jaga Curiga
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketika RI Jual Opium 22 Ton untuk Bayar Gaji Pegawai Pemerintah",