Sejarah Aceh

Berziarah ke Makam Putroe Tsani di Reubee Pidie, Sejarawan: Seperti Bukan Makam Permaisuri Raja

Kompleks makam Putroe Tsani ini berada sekitar 1 kilometer dari jalan Reubee – Padang Tiji, atau berjarak sekitar 8 kilometer arah barat Kota Sigli.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/ZAINAL ARIFIN M NUR
Kompleks makam Putroe Tsani Putroe Tsani di Gampong Reuntoh, Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie. Foto direkam Ahad (28/3/2021). 

SERAMBINEWS.COM – Lazimnya tradisi di kerajaan besar dan megah, raja dan permaisuri dimakamkan di kompleks kerajaan yang berada di pusat pemerintahan.

Tapi kelaziman ini tidak berlaku bagi Putroe Tsani, permaisuri dari sultan termegah pada era Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Muda yang bergelar Meukuta Alam atau Mahkota Alam.

Putroe Tsani yang merupakan ibunda dari Sultanah Safiatuddin ini dimakamkan di pedalaman Kabupaten Pidie, tepatnya di Desa Reuntoh, Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima.

Kompleks makam Putroe Tsani ini berada sekitar 1 kilometer dari jalan Reubee – Padang Tiji, atau berjarak sekitar 8 kilometer arah barat Kota Sigli, ibukota Kabupaten Pidie.

Lokasi ini hanya bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi atau carteran.

Saat kami datang pada Minggu (28/3/2021), areal makam yang berada di pinggiran desa ini sunyi sepi.

Hanya ada satu makam di bawah bangunan beton tak bercat itu.

Beberapa bagian dari makam juga telah rusak, seperti nisan yang hanya tinggal bagian kaki, dan penutup bagian atas makam yang patah, tapi telah disambung dengan semen biasa.

Dua pamplet yang terpancang di areal makam juga tidak memberi informasi banyak.

Pada salah satu pamplet dengan kop "Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh" hanya ada tulisan "Situs Cagar Budaya, Makam Putroe Tsani".

Satu pamplet lagi berisi kutipan undang-undang tentang amaran agar menjaga dan memilihara situs cagar budaya.

Sama sekali tidak ada penjelasan, siapa Putroe Tsani yang dimakamkan di lokasi itu.

Sejarawan Aceh Dr Husaini Ibrahim MA mengungkapkan rasa prihatinnya melihat kondisi makam.

Menurutnya, kondisi ini sama sekali tidak mencerminkan bahwa itu adalah makam permaisuri dari sultan termegah dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam.

Husaini berharap Pemerintah Aceh, Pemkab Pidie, dan para pihak lainnya, melakukan sesuatu agar kompleks ini menjadi sarana edukasi bagi generasi Aceh masa kini dan masa depan.

“Kompleks ini harusnya dilengkapi dengan beberapa benda dan literasi yang menceritakan tentang peran Putroe Tsani dan ayahnya Tgk Chik Direubee, serta masyarakat Reubee pada masa Kerajaan Aceh,” ujar Husaini Ibrahim.

Bila perlu, kata Husaini, dibangun sebuah museum mini yang menyimpan beberapa rujukan terkait Putroe Tsani.

“Setelah dilengkapi fasilitasi, maka perlu dilakukan upaya agar ada kunjungan-kunjungan mahasiswa dan siswa ke situs ini, agar mereka kenal sejarah Aceh yang gemilang,” ujarnya.

“Sehingga generasi Aceh tidak kehilangan identitas,” lanjut penulis buku “Awal Masuknya Islam ke Aceh, Analisis Arkeologi dan Sumbangannya pada Nusantara” ini.

Tonton video kondisi makam Putroe Tsani dan pendapat Dr Husaini Ibrahim MA di bawah ini.

Baca juga: Melihat Makam Putroe Tsani, Permaisuri Sultan Iskandar Muda, Kondisinya Menyedihkan

Baca juga: VIDEO Dihiasi dengan Kaligrafi, Batu Nisan Putroe Balee Pidie Disebut Dijadikan Batu Asah

Daerah Istimewa pada Masa Kerajaan Aceh

Dr Husaini Ibrahim MA yang juga Kepala Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah, memberikan penjelasan tentang kenapa Putroe Tsani dimakamkan di Reubee yang berada Pedalaman Pidie, bukannya di pusat Kerajaan Aceh di Banda Aceh.

Dr Husaini berpendapat, di antara argumen kenapa Putroe Tsani dimakamkan di Reubee, Kabupaten Pidie, adalah karena itu adalah kampung halaman ayahnya, Maharaja Lela Daeng Mansur yang lebih dikenal dengan nama Tgk Chik Direubee, salah satu ulama berpengaruh pada masa Kesultanan Aceh.

Alasan lainnya, Reubee pada masa lalu adalah salah satu daerah istimewa pada masa Kesultanan Aceh Darussalam.

Di Reubee inilah, Iskandar Muda menghabiskan masa remajanya untuk menimba ilmu pengetahuan dan agama pada Tgk Chik Direubee.

Maka tidak mengherankan jika di Reubee terdapat beberapa nama kawasan yang mirip dengan kawasan di Kutaraja yang menjadi pusat Kerajaan Aceh Darussalam.

Seperti Lampoh Pande yang merupakan tempat menuntut ilmu agama dan Jurong Kandang yang menjadi areal pemakaman.

Tidak jauh dari Lampoh Pande, terdapat satu situs peninggalan Kerajaan Aceh, yakni rumah Teungku Raja Husain di Gampong Neulop Reubee.

Lalu di Meunasah Raya Reubee terdapat makam Tgk Chik Direubee yang merupakan ayahanda dari Putroe Tsani.

Dua peninggalan Tgk Chik Direubee, yakni tongkat dan Alquran saat ini masih disimpan oleh salah satu keturunannya, Hamidah yang juga adik dari pengusaha nasional asal Aceh, almarhum H Ibrahim Risyad.

Baca juga: Kisah Kamariah Penjaga Makam Putroe Neng yang Tujuh Tahun tak Bergaji (3-Habis)

Baca juga: Putroe Sambinoe, Dara Aceh Penjelajah Angkasa

Ditemukan oleh Ali Hasyimi

Penelusuran Serambinews.com, Putroe Tsani bernama asli Puteri Sendi Ratna Indera.

Ia adalah anak kandung Maharaja Lela Daeng Mansur (Teungku Chik di Reubee) dan permaisuri pertama Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam.

“Putroe Tsani ini adalah ibunda dari Sultanah Safiatuddin. Setelah beliau meninggal, Sultan Iskandar Muda menikah dengan Puteri Pahang," kata Hermansyah, filolog atau ahli naskah kuno Aceh kepada Serambinews.com beberapa waktu lalu.

Mantan Gubernur Aceh, Ali Hasyimi dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1988 menulis, dia yang datang ke Reubee bersama rombongannya, merupakan orang pertama yang menemukan makam Putroe Tsani ini.

Dalam buku berjudul “Makam Permaisuri Sulthan Iskandar Muda Yang Hampir Punah”, (https://tambeh.wordpress.com/2013/10/11/makam-permaisuri-sultan-iskandarmuda-yang-hampir-punah) Ali Hasyimi menceritakan butuh perjuangan berat untuk menemukan keberadaan makam dari anak kandung Tgk Chik di Reubee ini.

Baca juga: Putroe Sambinoe, Anak Irwandi Yusuf Lulus Sebagai Pilot Terbaik, Darwati A Gani: Ini Hadiah Terindah

Menurut sebuah sumber, bahwa istri Daeng Mansur (Tgk Chik di Reubee) adalah puteri raja Hussein Syah (Raja Muda Pidie), jadi mertua Daeng Mansur adalah mamandanya sendiri, yaitu Raja Hussein Syah, adik ayahandanya (Maharaja Diraja).

Bukhari, seorang warga Reubee mengatakan pernah mendengar cerita bahwa Reubee yang kini menjadi bagian Kecamatan Delima, Pidie, dulunya merupakan daerah istimewa (otonomi) pada masa Kerajaan Aceh Darussalam.

"Di sini lah (Reubee) Sultan Iskandar Muda menghabiskan masa kanak-kanak. Beliau digembleng oleh Tgk Chik di Reubee, sehingga kelak menjadi Sultan termegah sepanjang sejarah Aceh," kata Bukhari.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved