Berita Malaysia
Malaysia Bayar Rp 1,1 Triliun kepada Singapura, Kompensasi Pembatalan Proyek yang Digagas Najib
Proyek yang diumumkan pertama kali pada tahun 2013 ini dibatalkan karena perselisihan antara para pihak.
SERAMBINEWS.COM, KUALA LUMPUR - Malaysia sepakat membayar $ 77 juta kepada Singapura sebagai kompensasi pembatalan untuk proyek High Speed Rail Railway (HSR) yang menghubungkan dua negara.
Proyek yang diumumkan pertama kali pada tahun 2013 ini dibatalkan karena perselisihan antara para pihak, tulis Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, Selasa (30/3/2021).
Dalam pernyataan yang dibuat oleh Kementerian Transportasi Malaysia, dilaporkan bahwa kesepakatan telah dicapai mengenai pembayaran kompensasi sebesar $ 77 juta (sekitar Rp 1,1 triliun), sebagai hasil negosiasi dengan pihak Singapura.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pembatalan HSR tidak akan berdampak buruk bagi hubungan kedua negara.
“Malaysia akan melanjutkan tekadnya untuk menjaga hubungan baik dan memperkuat kerja sama dengan Singapura,” demikian pernyataan Kementerian Transportasi Malaysia.
Proyek Kereta Kecepatan Tinggi 350 kilometer, yang kontraknya ditandatangani pada 2016 bertujuan untuk memangkas waktu tempuh perjalanan antara ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur dan Singapura menjadi 90 menit.
Kereta kecepatan tinggi ini direncanakan akan berhenti di beberapa kota di Malaysia seperti Melaka dan Seremban.
Jalur perjalan dimulai dari Kuala Lumpur di Malaysia dan berakhir di Jurong East di Singapura.
Para analis memperkirakan proyek ini akan menelan biaya US$ 17 miliar atau sekitar Rp 246 triliun.
Perusahaan dari Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Eropa telah menyatakan minatnya untuk ikut proses membangun, mengoperasikan, dan membiayai proyek kereta itu.
Baca juga: Polemik Terusan Kra, Ambisi Thailand yang Bisa Ancam Singapura, Malaysia dan Indonesia
Namun pada September 2018, Malaysia meminta penangguhan sebelum proyek ini dimulai.
Saat itu disepakati negosiasi proyek akan dilakukan kembali pada awal tahun 2020.
Tapi kemudian negosiasi ditunda hingga akhir tahun karena kemunculan wabah virus Corona (Covid-19).
Pada 1 Januari 2021, Perdana Menteri Malaysia menyatakan bahwa kontrak proyek dibatalkan atas permintaan Malaysia.
“Administrasi kedua negara duduk di meja untuk melakukan beberapa negosiasi dan kesepakatan yang diinginkan mengenai detail teknis tidak dapat dicapai,” kata Muhyiddin dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Inggris Teken Kesepakatan Perdagangan Bebas dengan Singapura
Baca juga: Dilantik Jadi Presiden Ke-46 AS, Ini Besaran Gaji Joe Biden, 3 Kali Lebih Rendah dari PM Singapura