Teroris Condet Dijuluki Juragan Tanah, Dikenal Tertutup dan Tak Pernah Jumatan
Terduga teroris Husein Hasny yang ditangkap di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, dikenal sebagai seorang yang kaya raya di lingkungannya.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pascaledakan bom di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) lalu, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri bersama Polda Metro Jaya menangkap 4 terduga teroris di sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Para terduga teroris itu ditangkap dengan sejumlah barang bukti termasuk 5 bom aktif dan 3,5 kg bahan peledak. Tak hanya itu, polisi juga menyita Kartu Tanda Aggota (KTA) dan seragam Front Pembela Islam (FPI).
Dua dari 4 terduga teroris yang dicokok polisi itu yakni Zulaimi Agus alias ZA, dan Husein Hasny alias HH. Zulaimi ditangkap di sebuah bengkel di kawasan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sementara Husein diciduk di showroom mobilnya Condet, Jakarta Timur.
Dari penelusuran Tribunnews.com, terduga teroris Husein Hasny yang ditangkap di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, dikenal sebagai seorang yang kaya raya di lingkungannya. Ia memiliki banyak tanah di lingkungan tersebut.
Adalah Adi (52), seorang pedagang yang berjualan di sekitar rumah Husein, yang menyatakan bahwa terduga teroris itu sebagai orang yang terbilang kaya. Adi menyatakan tanah-tanah yang berada di sekitar rumahnya semuanya milik keluarga Husein. Tanah itu dibuat menjadi ruko ataupun toko untuk dikontrakan.
"Dia juragan tanah. Ini semua tanah dia, ruko-ruko di sini punya dia semua. Sampai tukang-tukang apa itu tanahnya dia semua. Sewanya tahunan itu," kata Adi.
Baca juga: Seorang Pria di Penang Harus Berjuang Keras untuk Meyakinkan Guru SMP-nya sebelum Diperistri
Baca juga: Irak Reformasi Pajak, Targetkan Sumber Pendapatan dari Non-Minyak
Baca juga: Kakek 60 Tahun Cabuli 6 Siswi SD Berulang Kali, Pernah Kepergok Istri tapi Tak Kapok
Adi menerangkan Husein memang dikenal warga sekitar sebagai orang keturunan Arab. Tanah-tanah itu didapatkan Husein dari warisan orang tuanya yang telah meninggal.
"Pokoknya di sekitar sini milik dia semua. Mutar sampai yang showroom sampai tukang pecel lele itu, nyewa dia semua ini. Pangkas rambut, tukang jahit, gado gado, tempat buah, tukang jamu, showroom, ada toko lagi nggak tahu. Yang baru bangun itu mie ayam ini," ujar dia.
Selama ini Adi mengenal sosok Husein sebagai pribadi yang tak mau bergaul dengan masyarakat sekitar.
"Nggak ada yang mencurigakan karena dia tertutup," kata Adi. Ia menyampaikan bahwa Husein tidak pernah beraktivitas di luar rumah bersama warga sekitar. Bahkan, kata dia, Husein juga tidak pernah terlihat salat jumat di masjid sekitar rumahnya.
"Nggak pernah keluar orangnya. Jumatan aja enggak pernah. Enggak tahu di mana. Padahal ada dua masjid di sini enggak pernah keliatan," kata Adi.
Baca juga: Tanggapi Penangkapan Teroris di Bekasi dan Condet, Denny Siregar Sebut FPI Tempat Pembibitan Teroris
Baca juga: Polisi Temukan Atribut & Buku Karya Habib Rizieq dalam Penangkapan Teroris, Keterkaitan FPI Didalami
Baca juga: Terduga Teroris di Sumut yang Ditangkap Bertambah Jadi 18 Orang, 31 Kotak Amal Jadi Barang Bukti
Adi tak menyangka Husein terlibat kasus dugaan tindak pidana terorisme. Saat Husein ditangkap Densus 88 pada Senin (29/3) lalu, Adi malah mengira keramaian di rumah Husein itu karena kasus sengketa tanah. "Ramai di sini kemarin, saya enggak tahu masalahnya teroris. Saya kira masalah tanah. Sengketa tanah. Sudahlah, biarin diambil (ditangkap) kata saya gitu," ujar dia.
Terpisah, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan selain ZA dan HH yang ditangkap di Bekasi dan Condet, dua tersangka lainnya ditangkap di Ciputat Timur, Tangerang Selatan dan Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara.
"Memang kemarin ada 4 yang dilakukan penangkapan. Yang pertama saudara ZA yang kita amankan di daerah Cikarang, Cibarusah daerah Bekasi Kabupaten. Kemudian saudara HH ini kita amankan di showroom di kediamannya sendiri di Condet. Kemudian AJ diamankan di daerah Cirendeu, Ciputat Timur, Tangsel, dan BS yang diamankan di Mangga Dua, Pademangan," kata Yusri kepada wartawan, Selasa (30/3/2021).
BS ialah pria berusia 43 tahun. Dia memahami cara membuat bom dan mengajarkan hal itu kepada AJ. Sementara AJ adalah pria 46 tahun. Selain membuat bom yang diistilahkan dengan 'takjil', dia juga ikut hadir dalam pertemuan bersama BS untuk persiapan melakukan aksi teror.
Adapun peran Zulaimi dan Husein yang ditangkap di Condet dan Bekasi, Zulaimi berperan sebagai perakit bom di kediamannya di Bekasi.
Sedangkan Husien sebagai pendana dan perencana atau disebut otak aksi teror. "Apa peran ZA? ZA ini yang membuat merakit bom. Bomnya, bom botol namanya yang kita amankan di kediaman ZA. Siapa HH? HH ini adalah motivator, fasilitator, dan pendana. Dia yang mengatur semuanya, yang merencanakan baik itu berapa kali pertemuan di rumahnya," kata Yusri.
Selain menangkap Zulaimi dan Husein, polisi juga mengamankan 5 bom aktif dan bahan peledak yang dapat membuat 100 bom botol dari kediaman Zulaimi di Bekasi dan Husein di Condet.
Bahan peledak tersebut telah dimusnahkan petugas. Yusri mengatakan, selain sebagai otak dan pemodal pembuatan bom, Husein juga perakit bom. Husein diketahui akan mencampur bom dengan paku hingga gotri. "Kalau di saudara HH itu pipa, yang dia campur masuk ke gotri. Tahu gotri? Paku-paku," kata Yusri.
Hal ini diketahui dari sejumlah barang bukti yang turut disita polisi di rumahnya di Condet. Yusri menuturkan, tujuan tersangka mencampur bahan tersebut untuk menciptakan efek yang sangat berbahaya.
Baca juga: Khairul Anak Santoso Teroris MIT Tewas Ledakkan Tubuh Sendiri, Ini Perannya di Kelompok Ali Kalora
Paku di dalam bom saat meledak akan menyasar orang yang ada di sekitar ledakan tanpa pandang bulu. "Jadi kalau meledak nancep. Meledak, paku-paku itu akan terbang ke orang-orang yang ada di situ," ujar Yusri.
Yusri menyebut, total bahan peledak yang diamankan dari kediaman Husein yakni 2 Kg. Bahan peledak jenis TATP itu diputuskan untuk diledakkan atau disposal karena sangat sensitif dan mudah meledak bila kena gesekan atau panas. "(sebanyak) 2 kg dan ada masih banyak lagi kita temukan," katanya.
Selain bahan peledak, dalam penggerebekan itu polisi juga menemukan barang bukti KTA FPI dan seragam Front Pembela Islam (FPI). Tidak hanya itu, berdasarkan informasi yang dihimpun kedua tersangka juga kerap terlihat di sekitar PN Jakarta Timur saat sidang Habib Rizieq Syihab.
Terkait hal itu, Yusri mengatakan belum bisa memastikan keterkaitan mereka dengan ormas FPI. Termasuk tujuan dari bom yang telah mereka siapkan. "Apakah ada korelasinya dengan salah satu ormas terlarang, ini memang ada barang bukti di situ dan juga ada teman-teman yang mengirimkan ke kami foto-foto saudara HH dan ZA ada pada saat sidang dan beberapa kegiatan-kegiatan eks ormas terlarang. Ini yang masih didalami korelasinya apakah ada keterkaitan semuanya," kata Yusri.
Yusri mengatakan, saat ini penyidik masih mendalami keterangan para tersangka. Mereka masih diperiksa secara intensif.
"Ini masih kita lakukan pendalaman oleh tim. Karena ini kan masih terlalu pagi sekali untuk bisa tentukan jaringan mana. karena memang ini masih dilakukan pemeriksaan," kata Yusri.
Polisi juga masih mencari tahu apakah ada tersangka lain dalam kelompok itu atau tidak. "Sekarang tim masih dalami apa korelasinya keempat tersangka ini yang katanya eks ormas terlarang (FPI) dengan dia sebagai tersangka anggota teroris. Ini masih Kita dalami," ucapnya.
Terpisah, kuasa hukum mantan pemimpin FPI Muhammad Rizieq Shihab, Aziz Yanuar menyatakan FPI telah dibubarkan dan dinyatakan terlarang oleh pemerintah sejak akhir Desember 2020 lalu. Dia pun enggan berkomentar lebih jauh terkait penangkapan para terduga teroris yang disebut-sebut menyimpan banyak atribut terkait FPI. "FPI sudah bubar," kata Aziz di depan gerbang Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Selasa (30/3).
Dia juga berkomentar terkait baju berlogo FPI dan buku berjudul "Dialog FPI Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Menjawab Berbagai Tuduhan terhadap Gerakan Nasional Anti Ma'siat di Indonesia" yang disita polisi. Menurutnya, barang bukti itu bisa dibeli di mana-mana. "Atribut FPI bisa dibeli di mana-mana. Atribut FPI bisa dibeli di mana-mana," kata Aziz mengulang-ulang. Aziz mengatakan pihaknya belum memeriksa apakah terduga teroris yang ditangkap di Condet dan Bekasi adalah benar anggota FPI. "Saya enggak tahu, belum dicek juga," ujarnya.
Mantan anggota tim hukum FPI, Achmad Michdan juga mengatakan atribut FPI dijual bebas di masyarakat. Ia pun mengimbau polisi tak sembarang menuduh bahwa terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror adalah eks anggota FPI, hanya karena temuan atribut tersebut.
"Enggak bisa kalau kemudian atribut-atribut itu langsung dituduhkan atau disangkakan kepada organisasi. Kecuali jelas kemudian dapat dibuktikan pemiliknya adalah anggota," kata Michdan.(tribun network/igm/git/den/dng/dod)