Kupi Beungoh
Mengenang 8 Tahun Meninggalnya "Gam Cantoi"
Saya ingin mengenang Gam Cantoi seperti katak yang menanti hujan; penuh kerinduan.
Gam Cantoi yang lucu itu memiliki penampilan yang unik. Postur tubuhnya kurus kering, rambutnya keriting, kecuali satu helai yang menjulang ke langit.
Pakaiannya sederhana; perpaduan antara kaos oblong dan celana panjang dengan kombinasi sarung yang dipinggang di atas lutut.
Karakter yang seperti ini berbanding terbalik dengan sang pengarangnya; M Sampe Edward.
Dalam merekam peristiwa di sekeliling, Gam Cantoi terkadang juga mengikutsertakan keluarganya.
Anak-anaknya berkepala plontos, juga dengan sehelai rambut seperti upin.
Istrinya memakai jilbab, mungkin untuk menegaskan Aceh sebagai daerah syariat Islam.
Baca juga: Senyum Abadi Gam Cantoi

Dalam kasus tertentu, sindirian dan kritikan terhadap perilaku pejabat misalnya, tokoh-tokoh imajinatif dengan penampilan yang serupa juga diikutsertakan.
Bagi sebagian orang, rubrik Gam Cantoi menjadi hidangan pembuka sebelum membaca berita.
Bagi sebagian lainnya, seperti anak-anak, rubrik Gam Cantoi adalah alasan mengapa mereka harus membuka lembaran Harian Serambi Indonesia.
Pada masanya, Gam Cantoi merupakan tokoh legendaris yang menjadi ikon Harian Serambi Indonesia.
Tanpa kehadirannya, Harian Serambi Indonesia ada yang kurang, seperti asik asik tanpa jos dalam Joget Caisar di salah satu TV swasta nasional dulu.
Gam Cantoi menjadi unik karena mampu menyampaikan pesan kepada publik tanpa harus menggunakan dialog.
Gam Cantoi hadir untuk merespon realitas sosial yang dikemas dalam bentuk sindiran-sindiran yang menggelitik dan lelucon yang sangat menghibur.
Baca juga: Tampilkan Kembali Gam Cantoi

Ia dapat menjadi hiburan di tengah kesenjangan dan ketimpangan sosial yang sedang terjadi di Aceh.
Kartun ini biasanya menyapa para pembaca di halaman tiga Harian Serambi Indonesia. Pelanggan setianya selalu menunggu Gam Cantoi di bagian paling bawah.