Berita Aceh Besar
1 KK Korban Tanah Amblas Masih Mengungsi, Begini Kondisi Terkini di Gampong Lamkleng Aceh Besar
Mereka masih tinggal di bawah tenda, karena rumah permanennya tak mungkin lagi ditempati.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
Mereka masih tinggal di bawah tenda, karena rumah permanennya tak mungkin lagi ditempati.
Laporan Yarmen Dinamika | Aceh Besar
SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Satu kepala keluarga (KK) korban tanah amblas di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, hingga kini masih mengungsi.
Munzir (35), tokoh pemuda setempat menyampaikan hal ini ketika dihubungi Serambinews.com via telepon dari Banda Aceh, Sabtu (3/4/2021) siang.
Tenaga Administrasi Komputer di SMP Negeri 1 Kuta Cot Glie ini juga mengatakan jumlah pengungsi di desa itu kini jauh berkurang. Hanya tinggal satu keluarga lagi.
Mereka masih tinggal di bawah tenda, karena rumah permanennya tak mungkin lagi ditempati.
Dapur dan toiletnya sebagian sudah menggantung karena tanah di bawahnya terus amblas. Demikian pula septic tank, pondok, dan rumpun pohon pisang di belakang rumah tersebut.
Baca juga: Terus Amblas, Kedalaman Tanah Longsor di Gampong Lamkleng, Kuta Cot Glie Capai 7 Meter

Munzir mengatakan dalam peristiwa terbaru tiga hari lalu, sebatang pohon besar, yakni pohon ceubrek di permukiman warga juga tumbang. Sebelumnya pohon asam jawa dan pohon hagu yang tumbang.
Di lokasi pohon yang bertumbangan itu terdapat belasan makam tua dan makam baru. Beberapa di antaranya kini tenggelam, tapi kerangka di dalamnya belum terlihat dari luar.
Ceruk atau bidang gelincir yang selama ini turun, kini tambah turun, itulah yang titik terdalamnya menpacai 7 meter. Panjangnya bertambah sedikit, dari sebelumnya sekitar 150 meter kita sudah menjadi 200 meter.
Penambahan rekahan yang signifikan justru terjadi di sebelah selatan desa itu, tepatnya arah ke sungai. Di lokasi itu bukan saja rekahannya bertambah banyak dan lebar, dari bawahnya juga keluar air tanah.
Saat hujan deras mengguyur, kata Munzir, di ceruk yang amblas bertahap sejak 10 Januari lalu itu kini terperangkap air hujan sehingga membentuk seperti kolam dangkal.
Airnya mengalir deras ke arah sungai bila hujan lebat dan kering saat kemarau.
Baca juga: VIDEO Tanah Amblas di Lamkleng Masih Mengeluarkan Air dan Lumpur

Dalam suasana kemarau para pengungsi umumnya meninggalkan tenda dan kembali ke rumah.
"Tapi bila malam turun hujan lebat, warga kembali ke tenda untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan," kata Munzir.
Di bagian utara desa yang dipimpin Muhammad Fajri itu terdapat hamparan sawah pola detasering.
Terasering adalah suatu pola atau teknik bercocok tanam dengan sistem bertingkat (berteras-teras atau berundak-undak) sebagai upaya pencegahan erosi tanah.
Setelah hamparan sawah tersebut, melebar ke arah selatan sekitar 300 meter terdapat sungai, yakni Krueng Aceh.
Di antara sawah dan tebing sungai itulah terdapat permukiman penduduk. Di tengah permukiman ini ada jalan aspal selebar 3 meter.
Satu setengah meter di antaranta ikut amblas sepanjang 40 meter akibat fenomena tanah bergerak sejak 10 Januari lalu.
Bukan saja badan jalannya yang amblas, tapi beton penahan tebing jalan pun ikut patah dan amblas.
Pengemudi sepeda motor harus sangat hati-hati melintas di tempat itu, karena hanya setengah meter lagi badan jalan yang tersisa.
Hanya dua meter ke arah selatan badan jalan yang amblas itu terdapat areal kuburan. Beberapa batu nisan kuburan tersebut tampak terguling dari tempat asalnya.
Sejumlah kuburan juga terpotong oleh garis longsoran. Namun, sejauh ini belum ada kerangka manusia yang tersembul atau terlihat dari luar.
Munzir maupun Keuchik Fajri sama-sama berharap agar proses evakuasi 18 kepala keluarga (KK) di desa tersebut segera direalisasikan.
"Kami dengar Pemerintah Aceh sudah menyiapkan anggaran untuk 18 unit rumah, tapi masih menunggu realisasi pertapakan tanah dari Pemkab Aceh Besar.
Puasa semakin dekat dan sebulan kemudian Lebaran. Semoga pada saat itu tak ada lagi warga kami yang berstatus pengungsi di bawah tenda darurat," demikian harapan Munzir.
Terus amblas, kedalaman capai 7 meter
Baca juga: Nova Janjikan Rumah Bantuan untuk Korban Tanah Bergerak di Lamkleng, Begini Skema Pendanaannya
Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, pelan tapi pasti, permukaan tanah yang kini merekah dan amblas di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, terus bertambah.
Kedalamannya kini sudah mencapai 7 meter, panjang 200 meter, dan lebarnya 250 meter (termasuk longsor di kawasan lereng sungai).
Bertambahnya kedalaman, lebar, dan panjang tanah yang longsor tersebut akibat hujan deras dalam dua hari terakhir mengguyur kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh.
"Pagi tadi saya ukur kedalaman titik longsor, berkisar antara 6-7 meter," kata Munzir (35), tokoh pemuda setempat yang dihubungi Serambinews.com via telepon dari Banda Aceh, Sabtu (3/4/2021) siang.
Menurut Munzir, warga Gampong Lamkleng kini berada dalam kondisi dilematis.
Bila hujan turun maka permukaan tanah terus bergerak dan longsor, meski penurunanannya tak sedahsyat pada medio Desember 2020 hingga akhir Januari lalu.
Di sisi lain, bila hujan tidak turun tiga hingga enam hari, maka sawah-sawah penduduk Lamkleng kekeringan.
Maklum, sawah di desa ini masih sistem tadah hujan.
Sebaliknya, di masa penghujan ini sawah tergenang dan petani sedang memasuki masa panen.
"Agar padi yang mulai menguning tak rusak akibat terendam lama oleh air, maka kami pagi hingga sore panen padi," lapor Munzir. (*)