Internasional
El-Sisi Peringatkan Semua Opsi Terbuka, Setelah Perundingan Bendungan Nil Gagal
Presiden Mesir, Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Rabu (7/4/2021) menegaskan akan menggunakan semua opsi.
SERAMBINEWS.COM, KAIRO - Presiden Mesir, Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Rabu (7/4/2021) menegaskan akan menggunakan semua opsi.
Hal itu disampaikannya, seusai delegasi dari Mesir, Sudan dan Ethiopia gagal mencapai kesepakatan selama pembicaraan di Republik Demokratik Kongo tentang Bendungan Renaisans Besar Ethiopia (GERD),
Presiden mengatakan semua opsi terbuka jika setetes air milik Mesir tersentuh.
Baik Mesir dan Sudan menyalahkan Ethiopia atas kegagalan putaran pembicaraan terakhir.
Ethiopia mengatakan bendungan gravitasi yang sedang dibangun sejak 2011 sangat penting untuk kemajuan ekonomi dan pembangkit listriknya.
Tetapi Mesir khawatir pasokan airnya dari Sungai Nil yang saat ini menyediakan sekitar 97 persen irigasi dan air minum negara itu akan terancam.
Sudan juga menyuarakan keprihatinan tentang keamanan bendungan dan pengaruhnya terhadap bendungan dan stasiun airnya sendiri di Sungai Nil.
"Kerja sama lebih baik," kata El-Sisi dalam sebuah pesan kepada Ethiopia.
Baca juga: Sudan Peringatkan Rencana Bendungan Ethiopia, Akan Ancam Nyawa 20 Juta Warganya
Dia menambahkan kekhawatiran Mesir atas bendungan itu dapat dibenarkan, dan bahwa negosiasi dengan Sudan mengenai bendungan tersebut terus berlanjut.
“Kami menghargai pembangunan dengan syarat tidak mempengaruhi kepentingan Mesir,” kata El-Sisi.
“Sikap kami tidak berubah," ujarnya.
"Kata-kata saya dulu dan masih menghormati pembangunan di Ethiopia untuk meningkatkan kondisi (bagi) rakyatnya, dengan pemahaman masalah ini tidak mempengaruhi kepentingan Mesir," tegas Sisi.
Kementerian luar negeri Ethiopia mengatakan dalam sebuah pernyataan pembicaraan akan dilanjutkan sekitar minggu ketiga April atas undangan presiden Uni Afrika.
Tetapi Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan Kairo belum menerima undangan dari Uni Afrika.
Dia mengatakan Kairo secara terbuka menangani upaya kepresidenan Uni Afrika.
Kementerian Luar Negeri Ethiopia mengatakan pertemuan Selasa (6/4/2021) gagal karena sikap kaku Mesir dan Sudan.
Ethiopia tidak dapat masuk ke dalam kesepakatan yang akan menyita hak sahnya saat ini dan di masa depan atas pemanfaatan Sungai Nil.
Baca juga: Arab Saudi Umumkan 783 Kasus Baru Virus Corona dan Delapan Kematian
Menuduh Mesir dan Sudan merusak proses negosiasi, dan untuk mengkonfirmasi pengisian bendungan untuk tahun kedua berturut-turut akan dimula "sesuai jadwal.
Addis Ababa juga menolak proposal untuk menghadirkan UE, AS, dan PBB sebagai mediator.
Shoukry mengatakan pernyataan Ethiopia adalah kebohongan total.
Dia menambahkan pengamat dalam negosiasi akan mendukung versi Mesir dari kejadian tersebut.
Dia mengatakan Sudan bersedia melanjutkan negosiasi tanpa syarat, tetapi itu tidak terjadi karena penolakan terus menerus dari Ethiopia dan upaya untuk menghindari setiap proposal.
"Setelah 10 tahun negosiasi yang tidak membuahkan hasil apa pun, tujuan Ethiopia adalah untuk mengelak," kata Shoukry.
"Tahun lalu, kami menyaksikan penambalan sepihak bendungan oleh Ethiopia dan berniat untuk melakukannya lagi saat mencoba memaksakan kehendaknya pada dua negara hilir," ujarnya.
"Bahkan dengan ketidakpedulian terhadap kerusakan yang menimpa jutaan warga," tambahnya.
Baca juga: Mesir Minta Ethiopia Lanjutkan Perundingan Bendungan Raksasa Grand Renaissance
Shoukry menambahkan:
“Kami akan bekerja dengan mitra kami, organisasi internasional, dan menyoroti risiko terkait."
"Kami akan meminta komunitas internasional untuk memikul tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan di tingkat regional dan internasional."
“Mesir dan Sudan berhak mengambil tindakan untuk mempertahankan hak atas air mereka,” pungkasnya.(*)