Luar Negeri

Pejabat HAM Turki Sorot Sikap China ke Uyghur, Islamofobia di Prancis, dan Eropa Tolak Pengungsi

Suleyman Arslan, Ketua Lembaga Hak Asasi Manusia dan Kesetaraan Turki, juga menyinggung wacana dan kebijakan Prancis yang mendukung Islamofobia,

Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
AFP/File
Seorang remaja laki-laki memakai topeng dengan air mata darah dalam protes terhadap China atas perlakuan buruk ke Muslim Uighur di Brussels, Belgia pada Mei 2020. 

Arslan mengatakan ada laporan serupa tentang pelanggaran hak asasi manusia di belahan dunia lain.

"Saat ini, kekejaman besar sedang dilakukan di Sri Lanka, misalnya. masjid dibakar dan tubuh muslim dikremasi adalah di antara pelanggaran itu,” kata Arslan.

Dia mencatat bahwa banyak kekerasan di dunia dihasilkan dari sistem hak asasi manusia yang mapan.

Arslan juga menyinggung wacana dan kebijakan Prancis yang mendukung Islamofobia, serta pembatasan yang mungkin segera diberlakukan pada praktik kepercayaan di negara tersebut.

"Dalam kasus Prancis, kami melihat negara yang memiliki hak veto di PBB (Dewan Keamanan), mengklaimnya sebagai penjaga hak asasi manusia, dengan rekam jejak luar biasa dalam hak asasi manusia, demokrasi, dan aturan hukum. Namun, itu melakukan salah satu pelanggaran HAM terbesar," katanya.

Baca juga: Cerita WNI Tinggal di Finlandia Negara Paling Bahagia di Dunia, Pengangguran Dapat 13 Juta Sebulan

Eropa Melanggar HAM dengan Menolak Pengungsi

Arslan melanjutkan, pengungsi adalah kelompok orang lain yang haknya sering dilanggar.

"Ada banyak pembicaraan tentang hak-hak pengungsi, tetapi mereka (pengungsi) ditolak di perbatasan ... Mereka didorong mundur, dilecehkan. Mereka (pasukan perbatasan Yunani) bahkan membunuh mereka di penyeberangan perbatasan Edirne. Saat bepergian dengan perahu, mereka telah tenggelam,” katanya.

Arslan merujuk pernyataannya pada upaya brutal tahun lalu untuk menghentikan pengungsi memasuki Yunani setelah Turki mengumumkan akan membuka perbatasannya.

Ia menuduh pasukan keamanan Yunani menggunakan kekuatan yang tidak proporsional terhadap pencari suaka dengan gas air mata, meriam air, dan peluru tajam.

“Hampir 2.500 pencari suaka terluka dan beberapa terbunuh oleh tindakan penjaga perbatasan Yunani dalam dua minggu hingga pertengahan Maret (tahun lalu),” sebut Arslan.

Ia juga menyebut Eropa bertanggung jawab atas hak hidup semua orang yang tenggelam di Mediterania.

"Eropa adalah pelanggar hak asasi manusia bagi setiap individu yang bebannya mereka tolak untuk dibagikan,” kata Arslan.

“Jika kita setuju bahwa hak asasi manusia adalah tanggung jawab bersama dari semua umat manusia, itu berarti semua orang akan berbagi beban.

Jika suatu negara mendekati pencari suaka dengan niat: 'Aku akan membawa yang baik, yang dibudidayakan ke Eropa. kurang berpendidikan, lanjut usia, 'maka ini melanggar hak asasi manusia.
Kedamaian dan harmoni tidak akan pernah ada di dunia dalam sistem seperti ini,” tandasnya.

Baca juga: Rhoma Irama Tegur Mulan Jameela, Ada Apa dengan Penampilan Istri Ahmad Dhani?

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved