Internasional

Pengungsi Myanmar Bangun Kamp Rahasia di Perbatasan India, Khawatirkan Dideportasi

Ratusan orang yang tampak cemas memenuhi ruangan yang lembab, beberapa memutar lagu daerah di ponsel, yang lain duduk diam dalam kegelapan.

Editor: M Nur Pakar
The Telegraph
Kamp rahasia pengungsi Myanmar di perbatasan India 

Terlepas dari upaya terbaik mereka, LSM hanya dapat menyediakan persediaan makanan yang sangat mendasar untuk penghuni kamp, sebagian besar beras, kentang dan terkadang tidak dapat membeli persediaan.

Organisasi tersebut yakin wabah Covid di fasilitas tersebut kemungkinan akan segera terjadi, dengan penghuni tidak dapat menjaga jarak secara sosial dan tidak memiliki akses ke fasilitas pengujian.

“Kami tidak dapat mengikuti protokol Covid-19 di kamp dan satu-satunya hal yang dapat kami lakukan adalah membagikan masker wajah seminggu sekali,” kata perwakilan LSM tersebut.

Kelambu atau pengusir serangga juga tidak ada, meski di sekitarnya banyak penyakit yang ditularkan vektor seperti malaria, demam berdarah, dan chikungunya.

Dua bayi yang baru lahir di kamp tersebut telah jatuh sakit karena demam yang tidak diketahui identitasnya, tetapi dikatakan pulih setelah LSM mampu membeli beberapa obat-obatan.

“Suplemen kesehatan seperti vitamin dibutuhkan untuk anak saya tapi saya takut keluar dari sini." kata Myint Myint Thaw, sambil menghibur putranya yang berusia empat tahun..

"Saya khawatir tentang otoritas atau pasukan paramiliter yang berada di daerah kota, ”

Kondisi sangat sulit bagi 19 penghuni perempuan di kamp tersebut, menurut Kyi, yang terpaksa menggunakan pakaian lama alih-alih pembalut wanita, tidak dapat pergi ke apoteker terdekat.

“Tidak ada ruang terpisah untuk perempuan dan terkadang kami harus menggunakan selimut sebagai tirai untuk mengganti pakaian kami,” tambahnya.

“Sungguh mengecewakan pihak berwenang di India tidak segera menyediakan tempat berlindung yang aman dan dukungan kepada orang-orang Burma yang melarikan diri dari jenis penganiayaan terburuk," ujarnya.

"Tanggung jawab untuk melindungi kehidupan adalah yang utama, ”kata Meenakshi Ganguly, Direktur Asia Selatan di Human Rights Watch.

Baca juga: Beda Data Jumlah Korban Tewas di Myanmar, Junta Militer 248 Orang, AAPP 614 Orang Meninggal

“Dan tentu saja pemerintah India juga harus bergabung dengan upaya internasional untuk mengakhiri pelanggaran oleh junta di Myanmar.

Sehingga mereka yang melarikan diri dapat kembali dengan selamat.

Menurut seorang petugas polisi India, ada sekitar 1.800 pengungsi Myanmar di India, termasuk enam anggota parlemen.

Tetapi jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi, karena banyak yang bersembunyi bersama anggota keluarga besar di desa-desa perbatasan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved