Kupi Beungoh
Makmeugang di Aceh antara Tradisi, Martabat dan Kesempatan Berbagi
Secara Agama, budaya dan adat Aceh , Meugang merupakan syiar islam dalam rangka momen suka cita untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan
Setelah disahkan, qanun itu diberi nama "Qanun Meukuta Alam atau di luar Aceh lebih populer dengan sebutan Qanun Al-Asyi", yang disusun pada masa Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh Darussalam (Abad ke 17 M) Pada Bab II pasal 47 qanun tersebut disebutkan:
Sultan Aceh secara turun temurun memerintahkan Qadi Mua'zzam Khazanah Balai Silatur Rahmi yaitu mengambil dirham, kain-kain, kerbau dan sapi dipotong dihari Mak Meugang.
Maka dibagi-bagikan daging kepada fakir miskin, dhuafa, orang lasa, buta. Pada tiap-tiap satu orang yaitu; daging, uang lima mas dan dapat kain enam hasta.
Maka pada sekalian yang tersebut diserahkan kepada keuchieknya masing-masing gampong daerahnya.
Sebab sekalian semua mereka tersebut itu hidup melarat lagi tiada mampu membelikannya, maka itulah sebab Sultan Aceh memberi pertolonganya kepada rakyatnya yang selalu dicintai.
Baca juga: Aroma Rempah Dalam Tradisi Meugang di Aceh
Sultan punya alasan tersendiri mengeluarkan aturan tersebut. Ketika itu, kerajaan Aceh terkenal dengan hasil alam melimpah dan kekayaannya.
Sebagai seorang pemimpin, Sultan tidak ingin ada rakyatnya kesusahan saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
"Kenapa diatur begitu karena Aceh saat itu memiliki kelebihan, kemakmuran, dan hasil alam yang sangat berlimpah. Jadi artinya menjelang bulan puasa sultan ingin rakyatnya tidak susah dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan,"
Lambat laun, meugang menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh yang mayoritas Islam. Meski modelnya berbeda dengan masa Kesultanan, makna terkandung di baliknya sama.

Perayaan ini juga bagian dari kegembiraan menyambut Ramadan. Bulan suci bagi warga Aceh punya arti tersendiri.
Tak heran, jauh hari sebelumnya, warga sudah menyiapkan persiapan dari perlengkapan ibadah sampai kebersihan lingkungan.
Secara garis besar Qanun Al Aisyi mengatakan, sultan menenpatkan secara khusus perihal Makmeugang ini sehingga menjadi pedoman masyarakat pada eranya.
Meugang melekat nilai adat dan budaya sesuai dengan syariahnya, diantaranya adalah nilai-nilai kebersamaan dalam semangat kepedulian sosial sesama.
Meugang juga menunjukkan semangat persaudaraan maupun silaturrahmi yang kemudian berlanjut pada maaf-memaafkan serta pertemuan yang akrab dalam makan bersama.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Turun, Berikut Rincian Harga Emas Per Gram Senin 12 April 2021
Hikmah lainnya bagi pengantin pria yang baru berumah tangga, dirinya dituntut bertanggung jawab terhadap nafkah dan belajar membentuk diri yang kualitas harkat dan martabatnya dalam membina sebuah keluarga yang baru.