Kupi Beungoh
Deepfake, Kriminalisasi Ala Kecerdasan Buatan
Teknologi deepfake juga pernah mengheboh dunia maya ketika ada sebuah video viral yang menunjukkan mantan Barack Obama mengumpat Trump
Selain itu, algoritma pemrosesan data yang canggih ini memungkinkan mengembangkan foto atau video dari ratusan atau ribuan gambar dalam jaringan cloud, melatihnya untuk mengidentifikasi dan merekonstruksi pola gerakan tubuh dan wajah.
Suara dan kemiripan yang dikembangkan menggunakan teknologi ini pernah dibuat dalam film Star Wars terbaru.
Teknologi ini digunakan untuk menggantikan karakter orang yang telah meninggal atau untuk menampilkan karakter orang tua yang muncul di masa mudanya.
Baca juga: Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Menyaksikan Seniman Bertasbih dan Berzikir (I)
Baca juga: Membangun Kesadaran Situasional Melalui Ruang Perang
Mengorbankan Wanita
Terlepas dari aplikasi itu legal dalam penggunaannya, tetapi deepfake lebih sering digunakan untuk mengeksploitasi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa banyak konten deepfake online adalah pornografi.
Dan pornografi deepfake seringkali mengorbankan wanita.
Pada Juni 2020, sebuah penelitian menunjukkan bahwa 96 persen dari semua deepfake online adalah untuk konteks pornografi, dan hampir 100 persen dari kasus tersebut adalah wanita.
Ada juga kekhawatiran tentang potensi pertumbuhan penggunaan Deepfake untuk memutar balik fakta hingga menciptakan skandal.
Deepfake dapat digunakan untuk mempengaruhi pemilu atau memicu kerusuhan, atau sebagai senjata perang psikologis.
Hal itu juga dapat menyebabkan penegak hukum mengabaikan bukti yang sah dari sebuah kesalahan yang dapat merusak kepercayaan publik.
Video Deepfake dibuat oleh mesin pintar.
Karena itu sangat sulit untuk melacak konten Deepfake.
Kontennya terus berubah seiring mesin mempelajari dan melengkapi data.
Menurut para ahli aplikasi pendeteksi deepfake berisiko lebih cepat usang karena kecepatan kemajuan teknologi Deepfake.