Masuk Islam dan Menikah dengan Pria Aceh, Ini Kisah Tiphaine Tentang Perjalanan Spiritualnya
Diungkapkan Tiphaine, pada awalnya, dirinya sama seperti kebanyakan orang di Eropa, yakni bersikap skeptis dan hilang kepercayaan terhadap agama.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Zaenal
Akan tetapi, itu dia maklumi, karena di negaranya tidak ada institusi pembelajaran agama seperti di Indonesia.
"Saya tidak pernah tahu itu sebelumnya sampai saya mendarat di Aceh," lanjutnya.
Baca juga: Kisah Cinta Beda Bangsa, Model Prancis Bertemu Jodoh di Aceh dan Masuk Islam
Baca juga: Kisah Cinta Polisi Turki, Kenalan via FB, Tertarik tentang Aceh, hingga Menikahi Gadis Matangkuli
"Di Aceh, saya melihat Islam dari sudut pandang yang berbeda, semua orang, teungku-teungku pesantren dan Abu di dayah dayah mereka menerima saya dengan sangat hangat," sambungnya.
Diketahui, Tiphaine pertama sekali menginjakkan kakinya di Aceh pada tahun 2018.
Bule cantik kelahiran 1995 ini mengatakan, saat itu tujuannya ke Aceh hanya untuk berlibur.
Selama sepekan berada di Aceh, dia banyak bertemu dengan orang-orang di bumi Serambi Mekkah ini dengan latar belakang sosial yang beragam.
Keramahan serta sambutan hangat masyarakat Aceh atas kehadirannya lantas membuatnya terkesan.
Hingga pada akhirnya, pemikiran serta rasa kengerian yang selama ini tertanam di dirinya terhadap orang muslim seketika menjadi pudar.
"Inilah Islam di Asia Tenggara, Islam di Indonesia, Islam di Aceh," sebutnya.
Pandangan ini juga tidak lain berkat suaminya, Amal, sebagai orang pertama yang mengenalinya tentang Islam.
Menurutnya, sang suami mampu mempresentasikan sisi Islam sebagaimana yang dia dambakan, yaitu sisi Islam yang moderat.
Meskipun, katanya, suaminya itu memiliki dasar pengetahuan Islam tradisional yang sangat kental.
Baca juga: Kisah Istri Pensiunan Polisi, Berjuang Hidup Jadi Pemulung Sejak Suami Meninggal
Baca juga: Kisah Wanita Dilamar Pakai Bitcoin Rp 1,6 Miliar, Mahar Tiga Keping Logam Mulia dan Satu Pasang Emas
"Ayahnya adalah Alm. Abuya Prof. DR. Syeikh H. Tgk. Muhibuddin Muhammad Waly Al-Khalidiy, seorang ulama dan negarawan pada masanya,"
"Sehingga tidaklah heran jika suami saya dapat mewarisi pemahaman yang mudah saya terima dan saya amalkan," ujarnya.
Ia juga mengenang kalimat yang pertama sekali disampaikan Amal tentang Islam pada dirinya.
Ketika itu, orang yang dia cintai itu belum menjadi suaminya.