Kupi Beungoh
Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Silaban, Gerrit Bruins, Ibrahim Hasan & Estetika Baiturrahman (IV)
Masjid Baiturrahman dibangun kembali pada tahun 1879 atas perintah Jenderal Van Der Haijden, dengan jasa kontraktor pengusaha berdarah Cina, Lie A Sie
Ahmad Humam Hamid*)
BANYAK orang yang terkagum-kagum menikmati keindahan Mesjid Negara Istiqlal di Jakarta.
Tapi sebagian orang kemudian agak sedikit berkurang kekagumannya, setelah tahu bahwa mesjid itu dirancang oleh seorang arsitek hebat beragama Nasrani.
Arsitek itu adalah Friedrich Silaban yang merupakan teman dekat Sukarno, presiden Republik Indonesia yang menggagas pembangunan masjid Itiqlal.
Banyak orang menyangka adalah Sukarno yang menggunakan kekuasaan untuk membuat Silaban sebagai perancang Istiqlal.
Padahal sama sekali tidak.
Silaban memenangkan sayembara perancangan pada tahun 1961 itu, dimana Buya Hamka menjadi salah seorang jurinya.
Hanya saja, Silaban menggunakan nama samaran, sehingga tidak menarik perhatian dewan juri untuk membahas siapa dirinya.
Bisa dikatakan, Silaban menang secara sangat objektif.
Kita tidak tahu ketika keputusan juri itu menjadi keputusan politik pemerintah.
Apakah sebelumnya Sukarno pernah membaca sejarah berdirinya Mesjid Raya Baiturrahman, yang sampai hari ini menjadi kebanggaan rakyat Aceh?
Yang pasti ada keserupaan yang tak sama antara asbabun nuzul arsitektur Mesjid Istiqlal dan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Sukarno adalah pelahap buku dan catatan sejarah.
Barangkali Sukarano tahu dan pernah membaca bahwa bahwa 82 tahun sebelum Istiqlal dibangun, di salah satu provinsi yang sangat kental dengan nilai-nilai keislaman agak sama prosesnya dengan Istiqlal.
Masjid yang menjadi kebanggaan rakyat Aceh, dirancang dan dibangun oleh nonmuslim, bahkan penjajah Belanda.