Berita Aceh Malaysia
Kisah Sedih Pria Aceh Terserang Stroke di Penang Malaysia, Tak Ada Keluarga dan Tak Jelas Berbicara
Bukhari mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari Auliadi bin Muhammad, aktivis SUBA di Penang, pria itu dalam kondisi memprihatinkan.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM – Sebuah kabar memilukan kembali datang dari negeri jiran, Malaysia.
Seorang pria asal Aceh yang mengaku diri berasal dari Lhokseumawe, saat ini dirawat di sebuah rumah sakit di Penang, Malaysia.
“Beliau dibawa ke hospital (rumah sakit) kerajaan Datok Keramat Pulau Pinang oleh seorang warga Malaysia, sekitar dua minggu lalu,” ujar Bukhari bin Ibrahim, tokoh Aceh di Malaysia, melalui layanan WhatsApp kepada Serambinews.com, Kamis (6/5/2021) malam.
Bukhari Ibrahim adalah Ketua Sosialisasi Ummah Ban Sigom Aceh (SUBA), sebuah persatuan masyarakat Aceh di Malaysia yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan.
Bukhari mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari Auliadi bin Muhammad, aktivis SUBA di Penang, pria itu dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
“Sebelah badannya lumpuh, suaranya juga tidak terdengar dengan jelas. Saat ditanya nama dan alamat, kadang-kadang berubah-ubah alias ngawur,” kata Bukhari mengutip keterangan Auliadi.
Ia kemudian mengirimkan rekaman video yang direkam oleh aktivis SUBA Pulau Pinang saat menjenguk pria itu di rumah sakit.
Dalam video itu, pria tersebut mengaku bernama Ahmad Bin Ali, diperkirakan berumur sekitar 60 tahun.
Ia mengaku tidak punya satu pun sanak famili di Malaysia.
Ketika ditanya alamat dan keluarganya di Aceh, Ahmad Ali menyebut nama Habsah Jalil adalah kakak kandungnya.
Mereka tinggal di Simpang Empat Kota Lhokseumawe.
Catatan Serambinews.com, Simpang Empat adalah nama salah satu desa di Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh.
BACA: Bukhari Bin Ibrahim Intens Bantu Warga Aceh di Malaysia
Baca juga: Kisah Haru Harris Bin Terry Sarava, Putra Aceh WN Malaysia, Umur 19 Tahun Baru Kenal Ibunya
Hasil pelacakan awal, kata Bukhari bin Ibrahim, Ahmad bin Ali mulai merantau ke Malaysia sejak tahun 1995.
Dia hanya memiliki kartu identitas pengenal yang sudah tidak berlaku, yaitu tsunami card, dengan alamat di Gombak, Selangor, Malaysia.