Berita Pidie
RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli Tingkatkan Gizi Makanan Pasien Rawat Inap, Ini yang Dilakukan
Dari sisi proses persiapan pengadaan bahan makanan yang sesuai standar hingga proses pengolahan dan penyajian.
Penulis: Nur Nihayati | Editor: Nur Nihayati
Kata Dokter Elfina, saat ini total kapasitas jumlah bed pasien RSUD Teungku Chik Ditiro adalah 273 bed (260 bed bangsal dan 13 bed ruang kelas satu/VIP).
Dengan total rata-rata pasien yang dilayani selama pandemic covid ini adalah kisaran 100-150 pasien per hari.
Jadwal pelayanan makanan pasien adalah tiga kali menu utama yaitu pagi jam 07, siang jam 12, dan sore/malam jam 17), dan satu kali snack pagi jam 10.
“Semua diberikan layanan maksimal oleh tim yang ada sehingga kita bisa rasakan hasilnya.
Saat ini pelayanan makanan masih difokuskan bagi pasien saja, dan sedang diatur regulasi untuk pelayanan bagi karyawan RS dan umum.
Adapun indikator mutu pelayanan makanan dari instalasi gizi tutur Elfina, ada tiga jenis, yaitu sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien, ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien, dan tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet.
“Berdasarkan data bulanan, terjadi peningkatan indikator mutu, untuk sisa makanan pasien di kisaran 7-10% dengan standar target di bawah 20% dan ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien serta tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet mencapai 100 persen,” kata dokter Spesialis Gizi Klinik lulusan UI ini
Diakui layanan makanan yang sesuai standar mendapat dukungan penuh dari DIrektur RSUD Tgk Chik Ditiro dr. Muhammad Yassir, SpAn.
"Kami akui ini hal ini sangat besar keinginan dan usaha keras agar RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli yang sudah tipe B, dapat sejajar dengan rumah sakit yang sudah maju di Indonesia.
Pelayanan gizi yang baik dapat meningkatkan status gizi pasien, dapat mengurangi lama masa rawat inap, mengurangi kompilkasi, dan mempercepat proses penyembuhan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya rawat inap RS," terangnya.
Oleh sebabnya, pihaknya terus berupaya penuh memberikan layanan sesuai dan memenuhi syarat pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Terutama selama pandemic covid ini lebih diperketat lagi dalam hal penggunaan pakaian seragam khusus masak dan APD, masker, sarung tangan dan lain-lain.
Penyajian makan juga, khusus pasien ruang infeksi menggunakan tempat makan sekali pakai, dan pasien non-infeksi menggunakan plato dan piring dengan penyajian yang tetap menarik.
Pencucian alat masak dan alat makan pasien juga menggunakan air panas untuk mematikan kuman bakteri dan virus.
“Seluruh petugas penjamah makanan juga setiap tahun dilakukan cek up kesehatan dan pemeriksaan berkaitan penyakit infeksi.
Seluruh petugas juga sudah mendapatkan berbagai pelatihan, seperti pelatihan boga, PPI, penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), dan diupayakan diadakan setiap tahun, untuk mempertahankan standar dan meningkatkan skill,” jelasnya.(*)