Memukul Anak Bisa Memengaruhi Struktur Fisik Otak, Terbukti dari Studi, Begini Cara Tepat Mendidik
Pola asuh orang tua yang sering memukul anak untuk membuatnya menurut atau jera justru akan berakibat buruk di kemudian hari.
Pola asuh orang tua yang sering memukul anak untuk membuatnya menurut atau jera justru akan berakibat buruk di kemudian hari.
SERAMBINEWS.COM - Anak-anak dikenal sangat aktif bergerak, berlari-lari, maupun menanyakan segala hal.
Anak-anak juga kerap menolak ajakan atau ajaran orang tua.
Misalnya ketika diajak tidur, ia malah mau bermain atau menonton video.
Saat disuruh makan, ia lebih sibuk menonton televisi atau memainkan boneka atau mobil-mobilannya.
Tentunya hal ini membuat kita sebagai orang tua pusing. Bukannya apa, sebab ketika anak menolak ajakan atau perintah kita, hal tersebut membuat kita pusing.
Belum lagi kalau si kecil sudah mulai bisa membantah dan menolak. Pastinya kesabaran kita seolah diuji. Meski begitu, jangan pernah memukul si kecil ya, Kawan Puan.
Pola asuh orang tua yang sering memukul anak untuk membuatnya menurut atau jera justru akan berakibat buruk di kemudian hari.
Efek buruk memukul anak tidak hanya bisa memberikan contoh buruk padanya, tapi juga memengaruhi fungsi serta tumbuh kembang otaknya.
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh orang tuanya suka memukul, memiliki struktur fisik otak yang berbeda dari anak yang tidak dipukul oleh orang tuanya.
Alhasil, struktur fungsi otak ini bakal memengaruhi kecerdasan maupun kemampuan anak saat ia tumbuh dewasa.
Melansir dari Fatherly, Dr Sabrina Suffren dari University of Montreal mengungkapkan pola asuh yang keras dapat memengaruhi struktur fisik otak.
Hal tersebut terbukti dari penelitan pada Maret 2021 yang melibatkan anak berusia dua hingga sembilan tahun.
Penelitian ditujukan untuk mencari tahu bagaimana dampak praktik pengasuhan dan tingkat kecemasan anak apabila ia mendapatkan pola asuh dari orang tua yang suka memukul.
Hasilnya, para peneliti menemukan anak-anak yang berulang kali mendapatkan pengasuhan keras di masa kanak-kanak memiliki sejumlah wilayah otak yang lebih kecil.