In Memoriam Ayah Panton: Aceh Kehilangan Budayawan Berani dan Progresif
Kabar meninggalnya Ayah Panton secara dadakan sempat menghentakkan kalangan seniman, budayawan, sejarawan dan aktivis di Aceh.
“Nyan, meunan dan keunan adalah bentuk jalan keluar yang hanya ada dalam budaya Aceh. Nyan, meunan dan keunan adalah jalan tengah sebagai solusi jika dua pihak yang bertikai tidak menemukan jalan keluar,” kata Ayah Panton kepada penulis dalam sebuah diskusi ketika kami masih aktif di BRR NAD-Nias.
Baca juga: Kumpulkan Donasi untuk Palestina Capai Rp 5 M, Taqy Malik Dituding Menggelapkan, Begini Jawabannya
Sembari jep kupi, Ayah Panton sering menumpahkan sebagian hasil pemikiran barunya kepada saya.
Mengenai wabah virus covid-19 yang melanda dunia, Ayah Panton menyebutkan penawarnya ada dalam masyarakat Aceh dan sudah pernah dipraktikkan para leluhur Aceh sejak ratusan tahun lalu. (Lihat Taeun Corona dan 7 Local Wisdom, Mulai dari Sira, Ie Lam Guci, Toet Leumang, Hingga On Ranub, Kupi Beungoh Serambi Indonesia, 9 April 2020).
Di mata penulis, Ayah Panton adalah sosok budayawan Aceh yang lahir secara alami dan selalu berpikir untuk kemajuan budaya Aceh.
Dia mencatat semua pemikirannya dan disimpan dengan rapi dalam laptopnya.
Semasa hidupnya, Ayah Panton aktif di Taman Budaya Aceh serta melahirkan dan membesarkan Majalah Budaya Aceh, Neurok. Majalah Neurok yang sudah terbit beberapa edisi ikut melestarikan dan mengampanyekan budaya Aceh ke khalayak.
Ayah Panton sosok pencinta keluarga yang dekat dengan semua kalangan di Aceh. Beberapa ilmuwan kamus bergelar professor, seperti Prof Bakhtiar Ali, Prof Yusny Saby, Prof Abdullah Sani, Profesor Ahmad Humam Hamid, dan lain-lain sering mengajaknya untuk berdiskusi.
Banda Aceh, 29 Mei 2021
Penulis,
Hasan Basri M Nur
Mahasiswa UUM Malaysia, sedang melakukan penelitian di Aceh, email: hasanbasrimnur@gmail.com []
Baca juga: Jenderal AS Peringkatkan Kemampuan Rudal Balistik Korea Utara Membahayakan Amerika Serikat