Teuku Alfis, Mahasiswa USK yang Jadi Ajudan Millenial Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Ini Profilnya
dia sekarang ini masih berstatus sebagai mahasiswa semester 10 di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK).
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Safriadi Syahbuddin
Mendapat kesempatan menjadi ajudan Ridwan Kamil merupakan suatu hal luar biasa bagi pemuda yang hampir genap berusia 23 tahun ini.
Apalagi, dia merupakan satu-satunya putra Aceh yang berhasil lolos mengikuti program kepemimpinan di batch ke-2 tersebut.
"Kalau dari Sumatera ada 4 orang (yang lulus). Di tahun kedua peserta yang lulus 42 orang dari 4.039 pendaftar," tambahnya.
Alfis juga merasa sangat beruntung bisa lolos di rekrutmen JBL tahun kedua.
Pasalnya, untuk tahun ketiga yang belum lama ini selesai proses rekrutmennya, dikabarkan ada sebelas ribuan orang yang mendaftar program tersebut.
Tapi yang lulus hanya 22 orang.
"Alfis merasa istimewa juga bisa terpilih di batch kedua ini. Karena di tahun ketiga, pendaftarnya ada sebelas ribuan orang. Yang lulus cuma 22 orang," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Alfis juga menyampaikan pesannya bagi muda-mudi Aceh yang ingin mengikui seleksi latihan kepemimpinan di program JBL.
Menurut dia, berdasarkan dari pengalaman teman-temannya, salah satu kendala muda-mudi Aceh gagal mengikuti seleksi program ini di batch ke-3, karena kurang berani dan percaya diri untuk tampil.
Oleh sebab itu, jika ingin mengikuti di batch selanjutnya, rasa percaya diri dan keberanian itu harus lebih dipupuk lagi.
Selain itu, cerita motivasi atau alasan untuk mengikuti program tersebut menurutnya juga jadi poin penting agar bisa lulus.
"Kebanyakan pengalaman, misalnya gini, kita bisa menggambarkan apa yang kita harapkan dari sebuah kepemimpinan 10 hingga 20 tahun kedepan. Ini yang kita pelajari dari bapak Ridwan Kamil. Tapi banyak orang yang menjelaskannya tentang kepemimpinan sekarang. Bukan untuk masa yang akan datang," terang dia.
Tapi akan lebih baik, lanjut dia, jika alasan untuk ikut program yang dijelaskan adalah mimpi atau harapan suatu kepemimpinan beberapa tahun yang akan datang.
"Karena sebenarnya program ini dibentuk untuk melatih pemimpin yang akan lahir di masa depan," pungkasnya. (Serambinews.com/Yeni Hardika)