Korea Utara Dilanda Krisis Pangan, Harga 1 Kg Pisang di Pyongyang Capai Rp 641 Ribu

Kim mengatakan dalam rapat pleno Partai Buruh Korea, bahwa negaranya mengalami "situasi pangan yang genting", Kantor Berita Pusat Korea (KCNA)

Editor: Amirullah
KCNA
Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un menyebut Amerika Serikat tetap sebagai musuh terbesar negaranya meski Joe Biden terpilih sebagai presiden AS. 

SERAMBINEWS.COM - Korea Utara dilanda krisis pangan akibat topan dan banjir tahun lalu.

Krisis ini makin di perparah dengan adanya pandemi Covid-19.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah mengakui negaranya tengah menghadapi kekurangan pangan.

Menurutnya, krisis pangan di Korea Utara disebabkan oleh topan dan banjir tahun lalu, dikutip dari CNN.

Kim mengatakan dalam rapat pleno Partai Buruh Korea, bahwa negaranya mengalami "situasi pangan yang genting", Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan pada Rabu.

Negara yang tertutup ini semakin memisahkan diri dari dunia luar selama pandemi.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 Terjadi Satu Bulan Terakhir, Total Kasus Sudah 1.963.266 Orang

Baca juga: Jalur Gaza Kembali Memanas, Bola Api Kembali Dibalas Rudal Jet Tempur Israel

Berbicara pada Selasa, Kim menyebut kondisi dan lingkungan yang dihadapi Korea Utara "menjadi lebih buruk saat memasuki tahun ini."

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Pertanian No. 1116 KPA Unit 810 dalam foto yang disiarkan hari Jumat (29/9) oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Pertanian No. 1116 KPA Unit 810 dalam foto yang disiarkan hari Jumat (29/9) oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang. (ANTARA FOTO/KCNA/via REUTERS)

Padahal, ekonomi Korea Utara secara keseluruhan menunjukkan perbaikan.

Ia menuturkan, pertemuan partai yang berkuasa harus mengambil langkah terkait masalah tersebut, menurut KCNA.

Walaupun Kim tak membeberkan secara jelas soal kekurangan pangan yang dihadapi Korea Utara, tampaknya situasi tersebut serius.

Pada April, KCNA menyebut Kim mendesak orang-orang untuk mengambil tindakan lainnya terkait "Maret yang sulit", saat berpidato di pertemuan politik tingkat atas.

Istilah "Maret yang sulit" mengacu pada periode kelaparan yang menghancurkan Korea Utara di awal 1900-an.

Kala itu, ekonomi Korea Utara menurun drastis setelah runtuhnya Uni Soviet, yang mengakhiri aliran bantuan ke negara itu.

Baca juga: Prabowo: Payung Hukum Pertahanan Indonesia Perlu Diperbarui

Ratusan ribu orang, sebanyak 10 persen dari populasi negara, diperkirakan mati kelaparan.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan Korea Utara kekurangan sekitar 860 ribu ton makanan, cukup untuk persediaan lebih dari dua bulan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved