Internasional
China Mendapat Sertifikat WHO, Bebas dari Penyakit Malaria, Setelah Berupaya 70 Tahun
Pemerintah China mendapat sertifikat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bebas malaria pada Rabu (30/6/2021).
Lebih dari 90 persen kematian akibat malaria terjadi di Afrika, sebagian besar -- lebih dari 265.000 -- pada anak-anak.
Pada 1950-an, Beijing mulai mencari tahu di mana malaria menyebar dan mulai memeranginya dengan obat-obatan antimalaria pencegahan, kata WHO.
Negara ini mengurangi tempat berkembang biak nyamuk dan meningkatkan penyemprotan insektisida di rumah-rumah.
Pada tahun 1967, Cina meluncurkan program ilmiah untuk menemukan pengobatan malaria baru, yang mengarah pada penemuan artemisinin pada tahun 1970-an.
Senyawa inti dari terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACTs), yang merupakan obat antimalaria paling efektif yang tersedia.
Pada 1980-an, Cina termasuk negara pertama yang secara ekstensif menguji penggunaan kelambu berinsektisida untuk mencegah malaria. Pada tahun 1988, lebih dari 2,4 juta telah didistribusikan secara nasional.
Pada akhir tahun 1990, jumlah kasus malaria di China turun drastis menjadi 117.000, dan kematian telah berkurang hingga 95 persen.
“Kemampuan China untuk berpikir di luar kotak membantu negara dengan baik dalam menanggapi malaria, dan juga memiliki efek riak yang signifikan secara global,” kata Pedro Alonso, direktur program malaria global WHO.
Sejak tahun 2003, China meningkatkan upaya di seluruh bidang yang membawa jumlah kasus tahunan turun menjadi sekitar 5.000 dalam waktu 10 tahun.
Setelah empat tahun berturut-turut tanpa kasus asli, China mengajukan sertifikasi WHO pada tahun 2020.
Para ahli melakukan perjalanan ke China pada Mei 2020 untuk memverifikasi status bebas malarianya dan rencananya untuk mencegah penyakit itu datang kembali.
Baca juga: 12 Manfaat Kesehatan Buah Sirsak, Anti Kanker, Obat Malaria hingga Nyeri Rematik
Risiko kasus impor tetap menjadi perhatian, tidak hanya di antara orang-orang yang kembali dari Afrika sub-Sahara dan daerah lain yang terkena malaria.
Tetapi juga di Provinsi Yunnan selatan, yang berbatasan dengan Laos, Myanmar dan Vietnam, semuanya berjuang melawan penyakit tersebut.
China telah meningkatkan pengawasan malaria di zona berisiko dalam upaya untuk mencegah penyakit itu muncul kembali, kata WHO.(*)